Basoeki Abdullah Art#5, Ruang Dialog Seni Masa Kini

Jakarta Pusat – Basoeki Abdullah Art#5, kembali digel ar di Galeri Nasional tahun ini. Sebagai bagian dari rangkaian Basoeki Abdullah Award, pameran ini menjadi medium penting untuk menampilkan karya-karya seni terbaik dari seniman muda yang membawa isu-isu sosial, budaya, dan kemanusiaan ke dalam narasi visual yang memikat.

Pameran ini menarik perhatian dengan menampilkan 29 karya finalis yang telah melalui proses seleksi ketat. Dari total 1.075 pendaftar dari berbagai wilayah Indonesia, sebanyak 750 karya berhasil melewati tahap administrasi. Pada akhirnya, 29 karya terpilih dipamerkan untuk memberikan perspektif baru tentang kehidupan urban, memori kolektif, hingga tradisi lokal dalam era modern. Menurut Arina, salah satu panitia, pameran ini dirancang untuk menjadi ruang apresiasi seni sekaligus refleksi sosial. “Para pemenang ini karyanya akan disimpan secara permanen di Museum Basoeki Abdullah di Cilandak,” jelasnya.
Mengusung tema “Conversations with No Things,” pameran ini mengajak pengunjung untuk merenungkan hubungan manusia dengan entitas non-manusia di tengah modernitas. Karya-karya yang dipamerkan mengeksplorasi interaksi antara manusia dan lingkungan, teknologi, serta aspek-aspek lain yang sering terabaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bercermin Pada Sekitar karya Asmoadji (Foto Zahrah Alyaa)
Bercermin Pada Sekitar karya Asmoadji (Foto Zahrah Alyaa)

Pameran Basoeki Abdullah Art#5 masih dapat dinikmati di Galeri Nasional hingga awal Desember. Pameran ini memberikan kesempatan bagi masyarakat luas untuk mengapresiasi karya seni dari seniman muda yang membawa pesan-pesan mendalam tentang berbagai isu penting dalam kehidupan.
Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah Bercermin Pada Sekitar karya Asmoadji. Karya ini menyoroti kehidupan kota dengan menggambarkan kaca-kaca gedung tinggi yang memantulkan pemandangan sekitarnya, menampilkan kemegahan dan kemajuan pembangunan. Namun, karya ini juga menunjukkan sisi lain yang sering tersembunyi, yaitu kehidupan perkampungan padat dengan rumah-rumah sederhana yang terpinggirkan. Melalui karyanya, Asmoadji mengingatkan pentingnya pemerataan pembangunan agar semua lapisan masyarakat bisa merasakan manfaatnya. “Salah satu karya yang pengunjung suka adalah karyanya Mas Asmoadji, karena kan ini dari pengunjung masuk sudah terlihat, dan unik juga kan karyanya,” ujar Arina.

Billboard Tak Berwarna dan Utopia Pasca Ingatan karya Suvi Wahyudianto (Foto Zahrah Alyaa)

Selain itu, Billboard Tak Berwarna dan Utopia Pasca Ingatan karya Suvi Wahyudianto menjadi sorotan dengan pendekatan yang menggabungkan seni, sejarah, dan tragedi. Billboard dalam karya ini menjadi simbol pengingat atas peristiwa konflik etnis. Peristiwa Sambas 1999 membuka pembicaraan tentang luka bersama yang dialami masyarakat dan pentingnya upaya untuk berdamai. Dengan estetika melankolis, karya ini tidak hanya menampilkan sisi pedih sejarah, tetapi juga membuka ruang harapan bagi masa depan yang lebih damai.
Keberagaman tema dalam pameran ini semakin terlihat melalui karya-karya lainnya. Angela Sunaryo, seorang seniman muda Indonesia, mengeksplorasi tradisi lokal dengan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan zaman, sedangkan First of the Gang karya Agnes Hansella menghadirkan semangat solidaritas dalam kehidupan modern. Alterasi Kisah Sang Pengelana karya Syaura Qotrunadha membawa pengunjung dalam perjalanan emosional yang penuh simbol, sementara masing-masing karya lainnya menambah kedalaman makna dari pameran ini.
Yang membuat pameran ini istimewa adalah bagaimana karya-karya tersebut tidak hanya menjadi objek visual, tetapi juga mengundang pengunjung untuk terlibat dalam dialog yang lebih luas. Pameran ini berhasil menyentuh isu-isu yang dekat dengan kehidupan masyarakat, mulai dari pembangunan, tradisi, hingga trauma sejarah. Karya-karya yang diberikan stiker merah menandakan pemenang dari kompetisi ini, memberikan pengunjung gambaran karya mana yang akan menjadi koleksi permanen di Museum Basoeki Abdullah.

Suasana pameran di Galeri Nasional menciptakan pengalaman yang mendalam bagi setiap pengunjung. Dengan tata ruang yang dirancang untuk memberikan fokus pada setiap karya, pameran ini menyuguhkan perjalanan artistik yang memadukan estetika dan refleksi. Pengunjung tidak hanya menikmati keindahan karya seni, tetapi juga diajak untuk merenungkan makna di balik setiap detail yang ditampilkan. (Zahrah Alyaa/Mahasiswa Magang PNJ)

 

 

Published in Berita LPDS