Almarhum Prabangsa Dinobatkan Pahlawan Jurnalistik

Denpasar (ANTARA News) – Wartawan Radar Bali Anak Agung Gde Bagus Narendra Prabangsa (40) yang tewas dibunuh menyusul pemberitaan penyimpangan tender proyek Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli, dinobatkan sebagai pejuang pers dan pahlawan jurnalistik.

Penobatan pahlawan jurnalistik itu ditandai pembukaan selubung foto Prabangsa oleh Pimpinan Jawa Pos Grup, Dahlan Iskan, bersama pimpinan Radar Bali, Justin M Herman, pada acara penyerahan santunan untuk keluarga almarhum di Denpasar, Senin.

Dahlan Iskan yang saat berpidato sesenggukan dan berlinang air mata, menyatakan tugas jurnalistik yang dilakukan Prabangsa telah membawanya ke kematian, layaknya seorang pahlawan.

“Oleh karena itu kami akan memajang foto Prabangsa secara permanen di kantor Radar Bali maupun Jawa Pos Grup, sebagai penghargaan atas perjuangan almarhum dalam bidang jurnalistik,” janjinya.

Redaktur Radar Bali itu ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di perairan laut kawasan Selat Lombok, dekat pantai Padangbai, Kabupaten Karangasem, Bali, 16 Pebruari 2009.

Tepat 100 hari sejak itu, Kapolda Bali Tengku Ashikin Husein, mengumumkan tersangka utama pembunuh Prabangsa adalah I Nyoman Surama, calon anggota DPRD Bangli terpilih yang juga adik kandung Bupati Bangli, I Nengah Arnawa.

Jumlah tersangka yang terlibat pembunuhan di rumah Susrama di Bangli itu terus bertambah, kini mencapai sembilan orang dan kemungkinan bertambah.

Pada acara yang dihadiri Wakil Bupati Bangli I Made Gianyar itu, Dahlan Iskan menyerahkan santunan kepada istri almarhum, AA Sagung Prihantini, bersama dua anaknya, AA Istri Sri Hartati Dewandari, 14, dan AA Gde Candra Dwipa, 12, yang didampingi ibu almarhum, AA Ayu Ketut Rekha.

Sri Hartati Dewandari sempat membacakan puisi berjudul “Surat Buat Ayah” yang intinya memaparkan kehilangan, kerinduan kepada Bapak. “Kau telah pergi, meninggalkan kami bertiga,” ucapnya haru.

Dahlan Iskan menyatakan bahwa kedua anak almarhum harus bisa mengenyam pendidikan setinggi mungkin. “Karena itu kami memberikan santunan yang tidak lagi didasarkan aturan. Jauh di atasnya.”

Anak laki-laki almarhum, Candra Dwipa, mengatakan bercita-cita menjadi polisi. “Saya berharap ia akan menjadi polisi yang mampu memberantas kejahatan,” kata Dahlan Iskan. (*)

Sumber: www.antaranews.com / Senin, 8 Juni 2009
Foto: www.padang-today.com

Published in Berita LPDS