LPDS Bersama UNESCO Gelar Lokakarya Peliputan Investigatif dan Pelayanan Publik

BATAM – Membuat sebuah berita mungkin hal yang biasa dan tidak terlalu suli, khususnya bagi seorang wartawan. Tetapi membuat berita dengan kategori investigatif, khususnya berita dengan tema pelayanan publik ternyata tidak lah mudah dan membutuhkan perencanaan, tim dan bantuan lainnya.

Atmakusumah Astraatmadja dan Priyambodo dari LPDS, Ade Irawan dari ICW dan didukung dengan masukan dari Uba Ingan Sigalingging (LSM GEBRAK) dan Hasan Aspahani (Pimpred Batam Pos) memberikan tips tersebut kepada redaktur dan wartawan Batam dari media lokal dan nasional dalam lokakarya Liputan Investigatif dan Pelayanan Publik di hotel Nagoya Plaza, Selasa (24/3/2009).

Lokakarya sehari yang mengupas habis tehnik dan persiapan peliputan investigatif dan pelayanan publik ini diselenggarakan Lembaga Pers Dr Sutomo (LPDS) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Jakarta.

Penjabaran informasi dan tehnik pengumpulan informasi oleh Uba Ingan dan Ade Irawan ditambah dengan tips dari Atmakusumah setidaknya menjawab pertanyaan para peserta tentang tehnik membuat persiapan peliputan investigatif dan pelayanan publik bagi para peserta di sesi pertama.

Uba mengemukakan banyak hal tentang kondisi dan realitas pers di Batam. Ade Irawan lebih banyak mengemukakan tentang tehnik mengumpulkan atau mengorek informasi terkait dengan membuat persiapan peliputan.

Sementara, Atmakusumah – dengan durasi yang cukup panjang, memberikan tips melalui perbandingan cerita pengalaman pribadi, berita yang sudah pernah dimuat di media nasional dan lokal serta kiat-kiat yang dilakukan para reporter tingkat internasional.

Bagi tim redaksional khususnya seorang pimpred, Atmakusumah mengemukan tahapan persiapan yang perlu dilakukan dengan perencanaan dan pengembangan dasar, penelitian awal, re-evaluasi dan kemudian penulisan. Dalam membuat peliputan investigasi, dibutuhkan kriteria ingin tahu, mudah dikembangkan, mudah dimengerti, mudah disampaikan, aksi langsung dan menaruh perhatian.

”Membuat karya jurnalistik, khususnya tulisan investigatif dan pelayanan publik baik secara tim atau pun individu harus dilakukan melalui persiapan yang matang,” ujar pria yang juga menjabat sebagai anggota Dewan Pers itu.

Pada sesi kedua, Hasan Aspahani banyak mengupas tentang persiapan maupun tehnik peliputan investigatif melalui pengalaman dan tehnik yang sudah diterapkannya di media tempatnya bekerja. Hasan juga menceritakan kendala yang dialami, berupa tidak laku, rumit, beresiko, makan waktu dan adanya kesungkanan seorang reporter dalam mengumpulkan data.

”Memang dalam membuat liputan investigatif memiliki kendala dan tantangan yang lebih bila dibandingkan dengan membuat berita biasa. Tapi, berita investigatif memiliki nilai plus bagi marketing perusahaan dan itu (berita investigatif-red) tetap akan kita perbanyak,” ungkapnya.

Sementara, Priyambodo banyak mengupas tentang pemanfaatan tehnologi informasi dalam membuat persiapan dan melakukan peliputan investigatif. Direktur LPDS ini memberikan tips agar wartawan tidak boleh mati akal, mati ide, mati komentar dalam melakukan persiapan peliputan ataupun berita.(btd/Alex)

Published in Berita LPDS