Sebuah Perjalanan Bersama Dewi Motik

Jakarta Pusat – Dewi Motik berbagi kisah hidup dan inspirasinya kepada mahasiswa di Galeri Demono, pada minggu (15/12), mencakup perjuangan hak perempuan, pendidikan, hingga peran seni dalam hidupnya.

Ibu Dewi bercerita tentang pendidikan yang diberikan oleh ibu beliau. “Ibu saya itu orang yang luar biasa. Meski hanya tamatan SMK, dia mampu membangun rumah di masa penjajahan Belanda,” kenang Ibu Dewi. Pada masa itu, perempuan masih sangat terbatas akses pendidikannya, namun ibu Dewi membuktikan bahwa dengan ketekunan dan kerja keras, banyak hal bisa dicapai. Di tengah kesibukannya, beliau tidak hanya mendidik anak-anak dengan pelajaran hidup yang berharga, tetapi juga mengajarkan nilai pentingnya menghormati pasangan, seperti yang tercermin dalam hubungan beliau dengan ayah Dewi. “Kami membangun hidup bersama, tidak hanya sebagai pasangan, tetapi sebagai teman yang saling mendukung,” ungkapnya.

Dewi Motik di depan mahasiswa PNJ

Di Amerika Serikat, Dewi Motik melanjutkan pendidikan di Florida International University, mengambil Bachelor of Arts, kecintaannya pada seni lukis juga tumbuh berkembang. “Saya mulai melukis sejak kecil. Di Amerika, saya sering menggambar dan memutuskan untuk terus menggali bakat ini,” ceritanya. Karya-karya beliau bahkan dipamerkan di Indonesia, dengan banyak lukisan yang laku terjual.

Meski banyak berkiprah di dunia seni, Dewi Motik tetap memprioritaskan keluarga dan mengajarkan anak-anaknya untuk mandiri. “Dari kecil, saya selalu diajarkan untuk tidak bergantung pada orang lain. Saya ingin memiliki uang sendiri, jadi saya jualan, meski kecil-kecilan, saya juga ingin punya uang sendiri, saya buat buku resep lalu ke usaha lainnya” ujarnya. Pengalaman tersebut, menurutnya, membentuk karakter yang tidak mudah menyerah, serta mengajarkan pentingnya kerja keras dan menghargai setiap proses.

Meskipun telah berusia 75 tahun, Ibu Dewi tetap menjaga semangat dan produktivitasnya. “Umur itu hanya angka. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hidup dengan semangat. Saya tidak memikirkan malas, saya selalu berusaha untuk tetap aktif,” jelasnya. Pada usia yang tidak lagi muda, Dewi Motik tetap mengajar di Fakultas Ekonomi dan Kewirausahaan Universitas Esa Unggul. “Saya selalu berusaha memberikan manfaat kepada orang lain. Saya merasa bahwa kesehatan saya dan ilmu yang saya miliki harus bermanfaat bagi orang lain,” tambahnya dengan tegas.

Ibu Dewi tidak lupa memberikan pesan kepada generasi muda. “Jangan pernah takut untuk memulai sesuatu. Kalau tidak ada modal, sedekahkan ilmu atau tenaga. Hidup itu tentang memberi,” pesannya. Ia juga menekankan pentingnya untuk tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga untuk langsung bertindak dan melakukan aksi nyata.

Dalam perjalanan hidupnya, Dewi Motik telah membuktikan bahwa ketekunan, semangat untuk terus belajar, serta rasa syukur yang mendalam adalah kunci untuk menjalani hidup yang penuh makna. Sebagai seorang seniman, pengusaha, dan pendidik, beliau telah banyak memberi inspirasi bagi banyak orang, khususnya perempuan, untuk terus maju dan berkarya. (Zahra-mahasiswa magang PNJ)

 

Published in Berita LPDS