Jakarta – LPDS kembali menggelar webinar. Kali ini mengangkat tema sekitar problem kecanduan media sosial. “Media sosial memiliki karakter yang khas, yakni mengoptimalkan makhluk sosial pada diri manusia, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan merasa perlu terkoneksi dengan orang lain,” ujar Dr. Octaviani Ranakusuma, MSi., Psi, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Yarsi pada webinar Rabu (24/3).
Karena itu, ujarnya, tak heran kalau media sosial dapat membuat penggunanya kecanduan, karena media sosial mempelajari psikologi menggunakan prinsip-prinsip behavioristik dalam memberikan rasa senang bagi penggunanya.
Octaviani menambahkan bahwa kecanduan Internet atau media sosial tidak boleh dianggap remeh, karena dampaknya hampir sama dengan kecanduan narkoba.
Elisabeth Demuth, Instruktur Brain Gym menawarkan solusi untuk berteman dengan media sosial melalui “Brain Gym”. “Brain Gym merupakan latihan gerak sederhana untuk menarik keluar potensi yang terpendam melalui 26 gerakan tubuh,” ujar Elisabeth pada kelas virtual yang diikuti alumni LPDS dari Aceh sampai Papua, mahasiswa, dan umum ini.
Kecanduan media sosial berarti penggunaan atau kebiasaan memantau media sosial secara berlebihan dan dimanifestasikan dalam bentuk penggunaan yang kompulsif, menghambat, bahkan mengganggu aktivitas lain.
“Kecanduan terhadap sesuatu terjadi melalui proses. Setiap individu khususnya orang dewasa, harusnya sudah mengerti kapan diri kita mulai tergantung terhadap suatu aktivitas. Pada saat itu, kita harus waspada bahwa kita mengalami ketergantungan dan berpotensi besar mengalami kecanduan,” tutur Octaviani.
Brain Gym tidak hanya dilakukan oleh anak-anak, justru untuk orang dewasa terlebih dulu. “Yang harus diseimbangkan lebih dulu bukan anak, tapi orang tua dan guru di sekolah. Kalau mereka seimbang, anak akan ikut seimbang,” ucap Elisabeth. Elisabeth menambahkan, “Gerakan yang tepat mengaktifkan otak dari dalam kandungan sampai akhir hidup.” (Nova)
Published in