Iklan Politik Bukan Faktor Penentu Popularitas

(Sumber: Jurnal Nasional)

Surabaya (Jurnal Nasional) – Penayangan iklan elite politik yang semakin marak di sejumlah media cetak dan elektronik menjelang Pemilu bukan merupakan faktor penentu dalam membangun popularitas. Citra positiflah yang akan membangun simpati masyarakat.

“Masyarakat kini semakin cerdas sehingga tidak mudah terpengaruh oleh iklan-iklan elite politik dan parpol,” kata anggota Dewan Pers, Bekti Nugroho, di Surabaya, Rabu (11/2).

Ia mencontohkan, Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat dimenangkan oleh pasangan calon yang justru tidak banyak beriklan di media massa.

“Pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf yang terpilih dalam Pilgub Jabar justru tidak segencar Danny Setiawan dan Agum Gumelar dalam beriklan,” katanya.

Demikian halnya dalam Pilgub Sumatera Barat, lanjut Bekti, pemenangnya adalah pasangan Gamawan-Marlis dengan raihan 41,5 persen suara.

“Sedang pasangan Jefrie Geofannie-Dasman hanya meraih 16 persen. Padahal pasangan ini justru paling gencar memasang iklan,” kata Wakil Ketua Pokja Pengaduan Dewan Pers menambahkan.

Sementara kemenangan pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Surabaya, Bambang D.H. Arif Affandi dalam Pilkada 27 Juni 2005, lanjut Bekti, bukan pengaruh media massa, kendati Arif Affandi saat itu menjabat Pemimpin Redaksi Jawa Pos.

Demikian juga, Bekti tidak yakin kemenangan Partai Golkar dalam Pemilu 2004 akibat pengaruh kunjungan Surya Paloh ke daerah-daerah yang ditayangkan 13 kali oleh Metro TV, masing-masing berdurasi empat menit. (Ant)

(www.jurnalnasional.com, Rabu, 11 Feb 2009)
(Foto: www.perso.wanadoo.fr)

Published in Berita LPDS