(Sumber: www.vivanews.com)
Jakarta (VIVAnews) – ‘Media di Indonesia masih menghadapi ancaman serius,’ ujar Raharja Waluya Jati, direktur Voice of Human Rights (VHR) dalam diskusi hari ketiga Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat di Denpasar Bali, Rabu, 11 Februari 2009.
Ancaman itu menurutnya datang dari eksternal maupun internal. Ancaman eksternal datang dari pihak-pihak yang menguasai sumberdaya ekonomi-politik. Dalam hal itu dia memberi contoh kasus gugatan Asian Agri terhadap Majalah Tempo.
Lebih jauh, Jati mengatakan, secara umum peta media massa di Indonesia masih dikuasai oleh oligarki ekonomi Orde Baru.
Ancaman lainnya datang dari aksi-aksi berbasis komunalisme, agama, kepentingan elit politik lokal. Itu terutama terjadi seiring dengan banyaknya pemilihan kepala daerah (pilkada).
Menurut Jati, perkembangan tersebut satu sisi bisa mendinamisasi politik daerah, dalam arti bisa memunculkan aktor-aktor politik di tingkat lokal, memberi kontribusi terhadap media lokal untuk bertahan hidup. Tetapi di sisi lain perkembangan itupun sekaligus menghadapkan kita pada persoalan independensi media-media di tingkat lokal.
Menurut Jati, sangat jarang kita temui jurnalis-jurnalis lokal yang tingkat independensinya bisa dipertanggungjawabkan, banyak media lokal yang hidupnya dari program-program pemerintah.
‘Media-media lokal ini menjadi kepanjangan tangan dari humas pemda-pemda setempat. Dari situlah mereka bisa bertahan hidup. Ini juga suatu bentuk ancaman yang lain,’ kata Jati.(Sadikin Gani, pengelola Mediabersama.com)
(www.vivanews.com / Kamis, 12 Februari 2009)
(Foto: www.lbhpers.org)
Published in