Rp 2,2 Triliun buat Iklan Politik

(Sumber: Harian Kompas)

Jakarta, Kompas – Belanja iklan di media cetak dan televisi pada 2008 tumbuh 19 persen, mencapai Rp 41,7 triliun. Belanja iklan terbesar terjadi pada produk telekomunikasi dan kegiatan politik. Namun, pertumbuhan belanja iklan tertinggi terjadi pada belanja iklan layanan pesan singkat, atau sms hotline.

Senior Manager Nielsen Media Indonesia Maika Randini menjelaskan hasil survei belanja iklan tersebut di Jakarta, Selasa (20/1).

Survei ini memantau iklan pada 93 surat kabar, 151 tabloid dan majalah, serta 19 stasiun televisi. Survei didasarkan pada gross rate card, tidak menghitung iklan baris, diskon, dan promo.

�Meskipun belanja iklan pada 2008 tumbuh 19 persen, kenaikan spot iklan pada media yang kami survei rata-rata hanya 9 persen. Artinya, pertumbuhan belanja iklan lebih banyak karena naiknya harga iklan,� ujarnya.

Produk telekomunikasi, khususnya telepon genggam dan kartu perdana, adalah produk yang paling banyak diiklankan. Belanja iklan untuk produk ini pada 2008 mencapai Rp 4,3 triliun, naik 58 persen dibandingkan 2007.

Iklan kegiatan politik, terutama pencalonan kepala daerah, di peringkat kedua dengan belanja iklan Rp 2,2 triliun, naik 66 persen dibandingkan 2007.

Akan tetapi, lonjakan pertumbuhan belanja iklan terbesar terdapat pada produk sms hotline, yakni 117 persen, dari Rp 611 miliar pada 2007 menjadi Rp 1,32 triliun pada 2008. Iklan untuk sms tersebut, antara lain, menawarkan permainan dan ramalan horoskop.

Produk sms hotline ini terutama diiklankan di televisi. Pantauan Nielsen menunjukkan, iklan produk ini meningkat sejak 2006. Namun, lonjakan terbesar terjadi pada 2008. �Artinya, hotline service ini untungnya gede banget,� kata Maika.

Seperti beberapa tahun sebelumnya, surat kabar menikmati pertumbuhan belanja iklan paling tinggi pada 2008, yakni 29 persen. Iklan di televisi tumbuh 14 persen, tabloid dan majalah tumbuh 22 persen.

Oktober turun tajam

Meski pertumbuhan iklan di surat kabar paling tinggi, televisi masih memegang porsi belanja iklan terbesar, yakni 63 persen dari total Rp 41,7 triliun belanja iklan. Porsi iklan di televisi ini turun dari 69 persen pada 2006 jadi 66 persen pada 2007. Sementara porsi iklan di surat kabar pada 2008 mencapai 33 persen, meningkat dari 30 persen (2007) dan 27 persen (2006).

Pada semua media yang dipantau Nielsen, belanja iklan turun tajam pada Oktober 2008. Namun, belanja iklan kembali naik pada November dan Desember. Menurut Maika, tren bulanan belanja iklan umumnya menunjukkan peningkatan menjelang perayaan kemerdekaan pada bulan Agustus, selanjutnya melemah di bulan Oktober, dan kembali meningkat menjelang akhir tahun.

�Tetapi, pada Oktober 2008, penurunannya sangat tajam, sampai 24 persen dibandingkan September. Oktober tahun lalu hanya turun 7 persen. Tahun ini, tampaknya ada pengaruh krisis global,� ujarnya. (DAY) (Kompas, Rabu, 21 Januari 2009)

Published in Berita LPDS