Sejarah Nusantara Kembali ke Tanah Air

Jakarta Pusat – Museum Nasional Indonesia menggelar Pameran Repatriasi yang menampilkan berbagai benda cagar budaya yang telah dipulangkan dari Belanda ke Indonesia. Pameran ini berlangsung sejak Oktober hingga akhir Desember 2024 di lantai satu dan lantai dua Museum Nasional. Setelahnya, benda-benda ini akan tetap berada di Museum Nasional, meskipun kemungkinan lokasi penyimpanannya akan berubah.

Benda-benda bersejarah yang dipamerkan dalam Pameran Repatriasi mencakup 288 artefak yang diterbangkan dari Museum Volkenkunde di Belanda, dari total 472 artefak yang dikembalikan. Artefak-artefak tersebut berasal dari berbagai wilayah di Nusantara, termasuk Lombok dan Bali, yang sempat berada di Belanda sebagai bagian dari diplomasi budaya maupun hasil akuisisi kolonial. Sejumlah besar koleksi ini mencakup arca-arca peninggalan Kerajaan Singasari, koleksi Pita Maha asal Ubud, serta koleksi penting lainnya yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia.

Bound for the Infinite Karya Inanike Agusta (Foto Zahrah Alyaa)
Bound for the Infinite Karya Inanike Agusta (Foto Zahrah Alyaa)
Lukisan Wherever I Fly, Always Find Home Karya Inanike Agusta (Foto Zahrah Alyaa)
Lukisan Wherever I Fly, Always Find Home Karya Inanike Agusta (Foto Zahrah Alyaa)

“Pengunjung bisa melihat 288 barang yang dipamerkan di lantai satu dan lantai dua. Jika dilihat dari minat pengunjung, koleksi arca adalah salah satu yang paling banyak diminati,” kata Hendra, seorang petugas keamanan Museum Nasional.
Di antara koleksi yang paling menarik perhatian adalah arca-arca dari Kerajaan Singasari, yang terdiri dari patung-patung dewa-dewi Hindu-Buddha, seperti Nandiswara sang “penjaga yang lembut,” Mahakala sebagai “penguasa kematian,” Durga sebagai dewi perang dan lambang kekuatan, serta Ganesa yang dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan. Arca-arca ini telah berada di Belanda selama tiga abad sebelum akhirnya dikembalikan ke Indonesia. Berdasarkan linimasa perpindahan, arca-arca ini telah melewati berbagai tempat, mulai dari Kompleks Candi Singasari di Malang, Indonesia, pada tahun 1808, hingga tiba di Museum Nasional, Jakarta, pada tahun 2023.

Tak hanya itu, lantai dua juga menampilkan Koleksi Lombok Collection yang mencakup Patung Raja Lombok Ratoe Agoeng Gde Ngoerah Karangasem dan Tandu Raja Lombok milik raja terakhir Lombok. Tandu ini diambil oleh Belanda saat melakukan invasi ke Puri Cakranegara. Selain itu, terdapat Koleksi Pangeran Diponegoro yang mencakup Tongkat Kiai Cokto, sebuah pusaka yang diyakini berasal dari penguasa Kesultanan Demak pada abad ke-16, serta Pelana Kuda Kiai Gentayu yang ditinggalkan Pangeran Diponegoro saat disergap Belanda di Kedu pada tahun 1829.

Pameran ini juga memamerkan Kakawin Nagarakertagama, karya monumental dari Mpu Prapanca yang menguraikan kondisi Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Karya ini menjadi saksi kebesaran Majapahit dan semangat persatuan Nusantara.

Selain itu, koleksi yang berasal dari Museum Nusantara Delf turut dipamerkan, termasuk Figurin Majapahit dari Terakota yang ditemukan di Trowulan, Jawa Timur. Figurin ini menggambarkan wajah orang asing dari Tiongkok, Gujarat, Champa, dan Eropa, yang menunjukkan peran Nusantara sebagai jalur perdagangan penting sejak abad ke-10. Koleksi lainnya mencakup Naskah Rumekso Ing Wengi, Serat Ahmad Muhammad yang berisi doa-doa untuk perlindungan, serta Serat Yusuf yang menceritakan perjalanan hidup Nabi Yusuf.
Di samping koleksi arca Singasari, pameran ini juga menampilkan Koleksi Pita Maha dari Bali, yang berjumlah 132 item dan terdiri dari berbagai lukisan serta patung. Koleksi ini sebelumnya berada di Belanda sebagai hasil diplomasi budaya pada masa kolonial.

“Untuk lantai dua, memang diperuntukkan untuk Pameran Repatriasi hingga akhir Desember 2024. Setelah itu, barang-barang ini akan tetap ada di Museum Nasional, tetapi mungkin lokasi penyimpanannya akan berbeda. Barang-barang ini awalnya berasal dari berbagai daerah, termasuk Lombok, lalu dibawa ke Belanda setelah ada yang diakuisisi dan terkena diplomasi” ujar Hendra.
Pameran Repatriasi ini menawarkan pengalaman berharga bagi para pengunjung untuk melihat langsung artefak-artefak yang menceritakan kembali sejarah Indonesia. Melalui pameran ini, Museum Nasional memberikan kesempatan untuk mendalami warisan budaya yang pernah hilang, namun kini kembali sebagai bagian dari identitas bangsa. (Zahrah Alyaa/Mahasiswa Magang PNJ)

 

 

Published in Berita LPDS