Dari Lokakarya Meliput Perubahan Iklim (2): Hutan itu Penyangga Kehidupan

Laporan Veby Rikiyanto, Valoranews, Padang
Penulis adalah peserta lokakarya LPDS Meliput Perubahan Iklim dengan tugas kunjungan kawasan di Kalimanatan Februari 2016

Dimuat di Valoranews Kamis, 14-04-2016 | 10:46 WIB

Krisyoyo, pemandu lahan gambut, mendayung kelotok (perahu kecil bermesin) dalam mengantar peserta lokakarya Meliput Perubahan Iklim menuju Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Kereng Bangkirai-Sebangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, 21 Feb 2016. Foto Veby Rikiyanto/valoranews

VALORAnews – Kebakaran lahan gambut di Kalimantan Tengah dan sebagian Sumatera akhir 2015 lalu tidak saja merusak ekosistem hutan tapi juga telah menimbulkan penderitaan dahsyat bagi warga  akibat kabut asap emisi karbon hasil kebakaran.

Tidak sedikit warga terutama anak-anak yang terserang penyakit seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).  kabut asap sedikitnya  menelan 19 orang meninggal dunia, lima di  di Kalimantan Tengah.

Kebakaran lahan gambut dan hutan akhir 2015 jadi bencana nasional. Kota-kota yang terpapar kabut asap seperti kota mati. Sebagian penduduknya mengungsi ke daerah bebas kabut. Yang masih tinggal, enggan keluar rumah. Sekolah diliburkan tanpa batas waktu. Bandar udara ditutup, Masyarakat keluar rumah menggunakan masker. Selain itu, jarak pandang kendaraan hanya beberapa meter saja, bahkan langit berwarna kuning. Suasana mencekam layaknya dalam keadaan darurat perang. Perekonomian pun lumpuh. Hasil pertanian banyak yang gagal.

Tidak sampai di situ, asap pekat pun sampai menyelimuti negara tetangga Malaysia dan Singapura serta nyaris membuat perhelatan besar lomba sekelas Moto GP dibatalkan.

Kebakaran lahan gambut banyak diakibatkan kelalaian manusia. Pembukaan lahan baru dengan cara dibakar untuk dialihgunakan menjadi perkebunan kelapa sawit disinyalir jadi penyebab utamanya. Gambut dibakar alan melepaskan kandungan karbon. Konsentrasi karbon di atmosfir menciptakan efek rumah kaca dan menimbulkan pemanasan global.

Kelanjutan pemanasan global adalah  perubahan iklim dengan ragam dampaknya dari kesehatan sampai ke kawasan alami.  Lahan gambut yang seharusnya basah jadi kering. Sedikit percikan api bisa menyebabkan kebakaran.

Hutan Penyangga Kehidupan

Hutan merupakan paru-paru bumi. Aktivitas manusia dalam membakar bahan bakar fosil (minyak, gas, batu  ara) dan menebang pohon   menghasilkan  emisi carbon dioksida (CO2) ke udara. CO2 tersebut akan ditangkap oleh pohon tegak yang ada lalu diolah melalui proses fotosintesa yang berguna untuk pertumbuhan pohon tersebut. Pohon lalu melepaskan oksigen (O2) sebagai hasil dari fotosintesa tersebut. Oksigen ini dihirup paru-paru  manusia dan makhluk hidup lainnya.

“Hutan adalah penyangga kehidupan makhluk hidup termasuk manusia. Kebakaran hutan selain menimbulkan kabut asap juga menerbangkan partikel-partikel berat, yang ketebalannya mencapai 30 kali lebih berat daripada yang biasanya ada di udara. Partikel itu yang akan kita hirup dan masuk ke paru-paru, yang bisa membayahakan kesehatan,” jelas Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, Hendri Oktavia ketika jadi pembicara pada Lokakarya Wartawan Meliput Perubahan Iklim, 27 Oktober 2015 di Padang.

Published in ClimateReporter