LPDS buka lokakarya Meliput Daerah Ketiga

Direktur Eksekutif Lembaga Pers Dr Soetomo Priyambodo RH membuka lokakarya wartawan 10 hari Selasa, 18 Maret, untuk memberitakan perubahan iklim di provinsi-provinsi yang tinggi emisi karbon akibat kerusakan hutan.  Sepuluh wartawan dari  Sumatra, Kalimantan dan Papua diundang ke Jakarta. Satu wartawan dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah,  batal datang karena sakit.

Lokakarya berlangsung 18-27 Maret dan merupakan bagian program Lokakarya Meliput Perubahan Iklim LPDS yang memperoleh dukungan Kedutaan Norwegia. Peserta lokakarya berasal dari daerah-daerah beremisi karbon (gas rumah kaca) tinggi karena deforestasi dan degradasi hutan. Mereka memperoleh tugas meliput isu lokal perubahan iklim di daerah yang bukan daerah asalnya dan bukan Jakarta. Karena itu lokakarya berwujud travel fellowship ini bernama lokakarya Meliput Daerah Ketiga (MDK). Lokakarya bertujuan  meningkatkan pemahaman dan mutu peliputan wartawan tentang perubahan iklim.

Pada hari pertama lokakarya di kampus LPDS di Jakarta, peserta memperoleh pengayaan wawasan dalam bentuk informasi mutakhir tentang perubahan iklim dari dua narasumber ahli. William Sabandar, Ketua Tim Operasionalisasi Badan Pengelola REDD+, berbicara tentang “BP REDD+ dalam Operasi.” Kemudian Emilia Bassar, ahli komunikasi perubahan iklim dan dosen Universitas Mercu Buana dan Universitas Indonesia, memberi topik “Menyimak Survei Perspektif Publik tentang Perubahan Iklim dan Pemimpin Pasca-2014.” Para peserta lalu memperoleh penjelasan penugasan dari tim mentor LPDS.

Dalam kata sambutannya, Priyambodo mengatakan lokakarya  Meliput Perubahan Iklim ini merupakan proyek kerjasama keempat LPDS bersama kedutaan Norwegia. Proyek lokakarya pertama menyangkut etika pers tahun 2009-10. Proyek kedua mengenai etika pers dan meliput daerah konflik 2011. Proyek ketiga ialah meliput perubahan iklim di 10 provinsi 2012-13.

Sementara itu, wakil kedutaan Norwegia, Sekretaris Pertama Bidang Politik dan Perniagaan Kristian Jul Rosjo,  menyatakan dalam hal perubahan iklim Norwegia bekerjasama dengan negara, sektor swasta, masyarakat adab dan media. Setiap masyarakat memerlukan “watchdog” (pengawas) untuk memeriksa efisiensi. Media juga berperan menyebarkan informasi. Informasi menciptakan pengetahuan. Pengetahuan menciptakan kesadaran, kata Rosjo dalam bahasa Inggris.

Rosjo terkesan enam dari sembilan peserta lokakarya adalah perempuan. “Kami di Norwegia bangga perempuan terlibat dalam masyarakat karena itu merupakan resep sebuah masyarakat sukses,” ujar Rosjo. Ia mengusulkan kepada wartawan untuk  menyertakan perspektif gender dalam peliputannya.

Norwegia merupakan negara pemberi dana besar dalam prakarsa Reduksi Emisi Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD). Berdasarkan mufakat Mei 2010, Norwegia menyediakan dana hibah sampai dengan 1 milyar dolar AS ke Indonesia secara bertahap sesuai dengan tingkat penurunan emisi karbon dari verifikasi hutan yang diselamatkan.  Hibah serupa juga disediakan bagi Brasil yang memiliki Amazon, kawasan hutan hujan tropis terluas dunia.

Peserta lokakarya MDK dipilih dari hasil Lomba Meliput Perubahan Iklim LPDS yang telah ditutup 28 Februari.   Setelah memperoleh bekal informasi dan penjelasan tugas lapangan pada hari pertama, pada hari kedua para peserta menuju daerah  penugasan masing-masing. Mereka bertugas meliput selama tiga hari penuh untuk menghasilkan tiga karya liputan terkait ihwal lokal perubahan iklim: naskah 600 kata feature interpretatif, karya 400 kata profil, dan tulisan 400 kata topik bebas.   Setelah kembali di Jakarta, selama dua hari peserta memaparkan feature interpretatif masing-masing untuk dikomentari rekan sebaya dalam hal isi dan gaya tulis. Tim mentor LPDS kemudian memberi penilaiannya. Lokakarya MDK II akan diadakan Mei 2014.

Para peserta Lokakarya MDK I ini sebagai berikut:

Nama                           Media dan Daerah Asal                                       Daerah Tujuan Penugasan

1.       Desi Safnita Saifan    Koresponden, Kompas.com, Bireuen, Aceh      Palangkaraya, Kalteng

2.       Dinda Wulandari       Koresponden, Bisnis Indonesia, Palembang      Samarinda, Kaltim

3.       Fariana Ulfah             Reporter, City Radio 95,9FM, Medan                 Batam, Kepri

4.       Phesi E. Julikawati    Koresponden, Tempo, Bengkulu                          Pontianak, Kalbar

5.       Nazat Fitriah              Reporter, TVRI, Kalimantan Selatan                    Medan, Sumut

6.       Marga Rahayu           Reporter, RRI, Samarinda, Kaltim                        Bengkulu

7.       Zaki Setiawan            Reporter, harian Sindo, Batam                             Palembang, Sumsel

8.       Ma’as                          Redaktur, koran Media Jambi, Jambi                  Jayapura, Papua

9.       Timoteus Marten     Redaktur, tabloid JUBI, Jayapura                          Banjarmasin, Kalsel

Catatan: Cholid Trisubagiyo, reporter harian Tabengan, Palangkaraya, berhalangan.

———

Foto: Peserta  MDK I. Duduk dari kiri: Dinda Wulandari, Phesi Ester Julikawati, Fariana Ulfah, Desi Safnita Saifan, Marga Rahayu, dan Nazat Fitriah.
Berdiri dari kiri: Zaki Setiawan, Timoteus Marten, dan Ma’as.

Published in ClimateReporter