Laporan Imay Sembiring, Radio IDC FM, Balikpapan
Penulis adalah peserta Lokakarya Meliput Daerah Ketiga Angkatan Keempat (MDK IV). Imay mendapat tugas ke Kabupaten Lombok Utara, NTB, 24-28 Agustus 2016. Lokakarya diselenggarakan Lembaga Pers Dr. Soetomo dan Kedutaan Norwegia 23 – 31 Agustus 2016
Dusun Tampes, NTB, Radio IDC FM/ClimateReporter – Kade muda tampak tampak serius mendalami ilmu bidang energi. Ia berpikir keras, bagaimana cara menekan emisi gas rumah kaca, bagaimana mengurangi atau menghentikan memakai bahan bakar fosil (bahan bakar tidak terbarukan: minyak, gas, batu bara) dengan bahan bakar terbarukan.
“Saya suka mempelajari energi bauran. Menarik itu dan sepertinya bisa menjawab masalah ke depan tentang energi,” ujar Kade.
Pemilik nama lengkap I Kade Wiratama dengan title ST., M. Sc., Ph. D ini mengaku sudah tertarik hal tersebut ketika mengenyam bangku kuliah S1 (Strata Satu). Ketika itu, ia memilih Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin Universitas Udayana di pulau dewata, Bali.
“Saya punya mimpi ke depan Indonesia bisa surplus energi, mengikuti kesuksesan Denmark. Denmark mampu memproduksi 42 persen listriknya dari tenaga angin. Bahkan, kelebihan tenaga yang dimiliki ini, Denmark bisa menjualnya ke negara lain, hanya dengan memaksimalkan potensi angin yang ada,” jelas Kade.
Lulus menyandang title Sarjana Teknik Mesin di tahun 1995, tidak membuat Kade merasa puas. Untuk memperdalam pengetahuan, pada tahun 2000-2001, ia melanjutkan program magister (S2) di University of Northumbria, Newcastle, UK. Saat itu ia menekuni bidang ilmu Product Manufacture dan menyusun thesis berjudul “An Examination of Accuracy Laser and Glass Scale Measuring System.”
Memasuki usia ke-41 pada tahun 2009, Kade kembali melanjutkan program pascasarjana doctoral (S3) masih di University of Northumbria. Disertasi Kade kala itu berjudul “Aerodynamic Design of Wind Turbine Blade Utilising Nonconventional Control System”. Disertasi ini mengantarnya kepada gelar PhD pada tahun 2012.“Denmark surplus energi berdasarkan penggunaan turbin angin. Angin di sana sangat potensial. Teknologi sekarang yang bagus kan Denmark. Jadi kalau di Indonesia harus aplikatif.
Menurutnya, Indonesia bisa mengadopsi inovasi Denmark di bidang pengadaan energi listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan berupa angin. Namun melihat kondisi geografis yang ada, energi angin bisa diaplikasikan dengan panel surya. Sehingga bauran energi ini disatukan dalam satu hybrid system atau pembangkit listrik tenaga hibrida (PLTH).
“Kita gabungkan siang menghasilkan listrik dari matahari, malam menghasilkan listrik dari angin. Mungkin kedua sistem bisa jalan siang hari ketika ada angin. Makanya kita harus paham dengan dua teknologi ini,” terangnya.
Kade menjelaskan, selain memanfaatkan energi angin dan panel surya, arus gelombang laut juga potensial menghasilkan energi listrik. Cuma di laut medianya air. Bahkan, diameter area yang dibutuhkan jika memanfaatkan energi angin dari arus dan gelombang laut, lebih kecil dibanding angin udara.
Jika menggunakan angin udara, kata Kade, dibutuhkan diameter 80 meter atau hampir seluas satu lapangan bola, agar bisa menghasilkan 1 MW energi listrik. Sebaliknya jika memanfaatkan gelombang laut, untuk untuk menghasilkan energy yang sama hanya butuh 20 meter.
“Arus laut sebenarnya di Lombok potensial, seperti di Selat Alas (selat yang memisahkan pulau Lombok dan Pulau Sumbawa). Prinsipnya sama, Cuma kalau gelombang laut ga’ perlu membuat dimensi sebesar membuat kincir angin,” ujarnya lagi.
Kade saat ini menduduki jabatan lektor di Universitas Mataram (Unram). Kade juga dipercayai memberikan delapan mata kuliah yang berkaitan dengan bidangnya di Fakultas Teknik kampus tersebut. Tiga di antara matakuliahnya yaitu Wind Energi, Enginering Optimasi dan Kinematika. Kade juga dipercaya menjadi penanggung jawab program Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Mataram.
“LPM Unram memiliki misi menyebarluaskan produk IPTEKS kepada masyarakat dan memberikan batuan keahlian. Selain itu juga menumbuhkan jiwa wirausaha bagi civitas akademika Unram dan masyarakat,” kata Kade.
Dalam kurun 10 tahun terakhir ini, sedikitnya 10 judul penelitian telah diajukan Kade. Proyek perdana adalah pada tahun 2005-2006, Kade merancang kincir angin berbahan material komposit sebagai tenaga penggerak sistem pompa untuk pengairan lahan kering di pulau Lombok.
I Kade Wiratama mendokumentasikan proyek pemanfaatan panel surya untuk irigasi di Dusun Tampes, Lombok Utara. Difoto ini dua orang buruh tengah menggali lobang untuk dipasang pompa air. (foto: Imay Sembiring)
Terbaru adalah proyek pemanfaatan panel surya untuk irigasi perpipaan di lahan kering, Dusun Tampes, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara. Di sini, ia bersama tim atas nama Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Unram juga menjadikan lahan kering yang ada sebagai kawasan perkebunan holtikultura terpadu.
“Proyek irigasi perpipaan dengan panel surya ini adalah pertama di Indonesia. Potensinya terhadap pengurangan emisi CO2nya mencapai 58 ton (dalam perkebunan 5 ha setahun). Saya optimis ini berhasil dan bisa menyadarkan masyarakat akan isu perubahan iklim,” tandasnya.
Published in