Karya Peserta Lomba Jurnalistik Banyu Urip 2017 – “Eksploitasi Migas dan Ekonomi Kerakyatan Bersanding Secara Pas”

Eksploitasi Migas dan Ekonomi Kerakyatan Bersanding Secara Pas

Minggu, 26 Nopember 2017 http://beritajatim.com/berita_migas/314473/eksploitasi_migas_dan_ekonomi_kerakyatan_bersanding_secara_pas.html 3/5

Bojonegoro (beritajatim.com)–Letaknya berada dekat dengan lapangan pengeboran minyak dan gas bumi (Migas) Banyu Urip, Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Sebuah bangunan dari bambu berbentuk rumah panggung, memanjang di tanah kosong dekat persawahan. Bangunan tersebut merupakan bibit ekonomi bagi warga yang ada di Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam. 

Ya, sebanyak 200 ekor kambing di kandang berbentuk bangunan panggung itu terdapat bibit ternak yang akan dibagikan kepada warga setempat. Sebanyak 200 ekor kambing itu merupakan bantuan dari operator migas lapangan Banyu Urip, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) asal Amerika Serikat yang melakukan eksplorasi di wilayah setempat. Kambing yang dipilih itu kambing untuk indukan dan pejantan. Hewan ternak itu kini dikelola sebuah lembaga masyarakat. 

Setelah beranak pinak, baru kemudian secara bertahap anakannya dibagikan kepada warga. Sebanyak kurang lebih 520 kepala keluarga (KK) di Desa Bonorejo itu nanti akan mendapat satu ekor kambing dari hasil pengembangan.

“Dari 200 ekor kambing itu, diprediksi bisa mencukupi untuk semua kebutuhan warga (520 KK) di Bonorejo sekitar 1,5 tahun,” ujar Direktur Yayasan Bimantari, Muhammad Jai, yang mengelola ternak kambing ini, Minggu (26/11/2017).

Setelah semua kebutuhan masyarakat itu terpenuhi, maka 200 ekor kambing indukan tersebut akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Sehingga usaha peternakan tak berhenti dan menjadi sumber pemasukan bagi pendapatan asli desa.

Aktifitas menjalankan peternakan ini tidak sulit bagi warga sekitar. Di samping masih banyak lahan yang bisa digunakan untuk mencari rumput sebagai pakan ternak, EMCL dalam memberikan bantuan juga sudah menyediakan lahan untuk pengelolaan pakan. “Karena karakter masyarakat tidak semua peternak, maka kambing tersebut nantinya juga bisa dikelola secara kelompok,” jelasnya.

Bantuan kambing ini baru berjalan di tahun ini (2017). Kontrak kerja sama dalam pengelolaan ternak kambing ini sampai dua tahun ke depan. Selain kambing, masyarakat sekitar juga bisa mengelola pakan untuk ternak. Jai, yang memiliki keahlian di bidang peternakan menilai bahwa pengeluaran terbesar beternak adalah pakan. 

Sehingga, selain hanya mendapat bantuan hewan ternak, warga yang tertarik di bidang ini juga mendapat pelatihan pengelolaan pakan ternak. Ladang pakan ternak ini nanti akan ditanam di lahan milik EMCL. “Hampir 70 sampai 80 persen terbesar dari segi pengelolaan ternak dialokasikan untuk kebutuhan pakan ternak,” terangnya. 

Pusat Belajar Ternak Untuk Rakyat

Jauh hari sebelum memberikan bantuan berupa ternak kambing dan sapi, EMCL sudah membuat terobosan berupa belajar ternak. Adalah Kandang Belajar Sapi Rakyat (KBSR) di Desa Brabohan, Kecamatan Gayam yang jadi tempat belajar bagi peternak. Kandang belajar itu bisa dimanfaatkan siapa saja. Program pendukung operasi dari operator yang kini berproduksi sekitar 208 ribu barel minyak per hari itu, diberikan sejak 31 Desember 2009. KBSR awalnya menjadi kandang belajar untuk masyarakat di 15 desa di dua kecamatan: Kecamatan Ngasem dan Kalitidu. 

Seiring berjalannya waktu, karena ada pemekaran wilayah, sehingga kandang yang juga mengembangkan 60 ekor sapi itu hanya digunakan masyarakat di Kecamatan Gayam. 

Di Kandang Belajar Sapi Rakyat itu, warga bisa belajar mulai dari proses usaha pengelolaan limbah, produksi pakan, pelayanan kesehatan ternak, jual beli kebutuhan ternak, obat-obatan ternak, jual-beli sapi, dan pemanfaatan biogas. 

Awalnya, program KBSR tersebut bukan hanya dari peternakan, tapi juga pertanian singkong. Sebab, karakteristik geografis wilayah sekitar merupakan tegalan dan sawah tadah hujan, yang hanya bisa panen padi sekali setahun saat musim hujan. “Dalam perjalanannya pertanian ini tidak jalan, yang sampai sekarang masih jalan ternaknya,” jelasnya.

KBSR merupakan sentra belajar ternak. Tujuannya, tidak untuk profit. Dari modal 60 ekor diharapkan jadi pengembangan bagi ekonomi masyarakat. Namun, harapan belum tentu sesuai kenyataan. Berjalannya waktu biaya perawatan yang tinggi, tidak bisa menyokong pusat belajar ternak itu tetap tumbuh. Dari segi resiko ternak mati dan ketersediaan pasar aman, namun beban operasional terlalu tinggi. Seperti, gaji harian lepas dan operasional kantor. Akhirnya pusat belajar ternak tersebut harus dihentikan sementara. 

Meski dibekukan, namun warga yang belajar dari pengelolaan limbah kotoran ternak itu masih berjalan. Karena sebagian besar warga sekitar merupakan petani. Kotoran ternak tersebut dikelola menjadi pupuk kompos dan biogas. Pupuk kompos dijual dengan harga Rp2.200. “Dua bulan lalu, KBSR dibekukan. Sebanyak 40 sapi yang ada di KBSR dijual dan uangnya dibekukan di yayasan sampai menunggu proses penataan manajemen selesai. Sekarang yang masih jalan pengelolaan pakan ternak, namun menggunakan sistem manajemen berbeda,” ujar Jai.

Dalam menjalankan program pendukung operasi industri hulu migas, operator migas Blok Cepu, EMCL, selalu mempertimbangkan aspek kemandirian masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Menurut juru bicara dan Humas ExxonMobil Cepu Limited, Rexi Mawardijaya, ada tiga aspek yang diperhatikan perusahaan sebelum memberikan program kepada masyarakat. 

Apa saja ketiga aspek itu? Pertama, segi kebutuhan masyarakat. Harapannya program yang diberikan nantinya sesuai dengan kebutuhan, bukan sekadar keinginan masyarakat. Kedua, program pendukung operasi itu diberikan atas koordinasi dengan pemerintah setempat. Artinya, lanjut Rexi, program yang diberikan oleh perusahaan tidak berbenturan dengan program pemerintah, tapi justru saling melengkapi dengan program yang dijalankan pemerintah untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. 

“Jadi kami tidak menggantikan program tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat. Kami lebih pada melengkapi program pemerintah melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Terakhir dari segi aspirasi masyarakat selaras, bisa saja aspirasi itu dari tokoh masyarakat, kepala desa, warga, dan lainnya,” jelas Rexi. 

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Ardiono dalam launching bantuan kandang ternak kepada masyarakat Desa Bonorejo, berharap kepada masyarakat sekitar agar bisa memanfaatkan fasilitas yang ada dengan sebaik mungkin. “Seharusnya masyarakat sini (Bonorejo) bersyukur mendapat fasilitas peternakan sebagus ini. Mesti dimanfaatkan dengan baik,” ingatnya. 

Dilirik Sebagai Objek Wisata

Pengelolaan ternak sapi dan kambing sebagai wujud ekonomi kerakyatan seperti rantai tak terputus. Misalnya, dari ternak kambing, sebagai mata pencahaian warga, kotoran ternak yang ada bisa digunakan sebagai pupuk pertanian. Selain itu, ada hal lain yang jadi peluang bisnis ekonomi kreatif bagi masyarakat, yakni sebagai kawasan wisata edukasi. Mengenalkan sejarah masyarakat dulu kepada anak-anak. Sudah barang tentu generasi anak-anak saat ini ada yang masih belum tahu bahwa sejarah terbentuknya masyarakat sekitar merupakan petani. 

Apalagi, mungkin ada warga di mana dia dibesarkan kini sudah jarang yang jadi petani, karena ladangnya menjadi lapangan produksi migas di Blok Cepu. Dari kawasan ini dihasilkan minyak yang besaran volumennya mencapai sekitar 25% dari lifting minyak nasional. Gito Citrapati, misalnya, salah seorang warga sekitar lapangan Banyu Urip mulai melirik bisnis yang ada hubungannya sektor pariwisata. Kini dia mulai merintis dari segi transportasi umum berupa kereta odong-odong. Kereta itu mengantarkan warga untuk berkeliling di kawasan wisata Bojonegoro.

Ke depan, lanjut Gito, dengan sarana kereta odong-odong itu warga akan diajak berkeliling di kawasan Kecamatan Gayam untuk melihat potensi wilayahnya sendiri. Mulai poteni sektor pertanian, peternakan, dan proses produksi migas di Banyu Urip. “Sehingga anak-anak ini tidak mengalami kepaten obor (kehilangan sejarah) kotanya sendiri,” jelasnya. [lus/air]

Published in Inside Mining