Kampung Ilmu Mendidik Anak-anak Pinggiran Bengawan Solo
Jumat, November 24, 2017 | http://www.literasi.co.id/2017/11/kampung-ilmu-mendidik-anak-anak.html
Literasi.co.id – Keterbatasan ekonomi tidak menjadi halangan bagi anak-anak untuk meraih pendidikan. Mungkin kalimat itulah yang memotifasi sejumlah pemuda di Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, dalam mendirikan lembaga pendidikan bernama Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro (YKIB). Lembaga ini diperuntukan bagi anak-anak di daerah pinggiran Sungai Bengawan Solo, atau lebih tepatnya di wilayah Bojonegoro bagian barat.
Saat kami berkunjung ke lokasi lembaga pendidikan tersebut pada Rabu (22/11/2017), hujan sedang mengguyur tapi tidak begitu deras. Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah sejumlah pelajar untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar (bimbel) di Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro. Kegiatan bimbel berlangsung setiap hari Senin sampai Jumat, mulai pukul 15.00 – 19.00WIB.
Salah satu pelajar tersebut adalah Fitri (12), anak yatim warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam ini sudah sejak tiga bulan terakhir mengikuti bimbingan belajar lembaga tersebut. “Saya mengikuti bimbel setelah diajak teman, belajar disini menyenangkan,” terang pelajar yang duduk di bangku SMP kelas satu ini.
Salah satu pengagas berdirinya YKIB, Muhamad Roqib (35), bercerita jika lembaga pendidikan ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2011 yang lalu, namun masih sebagai komunitas yang waktu itu bernama “kampung sinau”. Kemudian pada tanggal 20 November tahun 2015, komunitas tersebut disahkan sebagai Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro.
Awalnya, YKIB hanya diikuti oleh 5 orang pelajar, itupun berasal dari anak para tetangga dan teman sendiri. Namun, kini tercatat sudah ada 180 pelajar, baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, SLTA/MA, yang mengikuti bimbingan belajar di Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro ini. Para pelajar juga tidak hanya berasal dari Desa atau Kecamatan di Purwosari saja, namun juga berasal dari sejumlah desa di Kecamatan Gayam dan Kalitidu.
“ Lembaga pendidikan ini kami fokuskan untuk anak-anak di kawasan pedesaan, terutama di wilayah pinggiran Sungai Bengawan Solo, yang mayoritas berasal dari keluarga kurang mampu,”terang pria yang kerap disapa Rokib ini.
Untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar di lembaga ini, para pelajar cukup memberi infaq setiap pertemuan. Untuk pelajar SD/MI Rp 2.500, pelajar SMP/MTS Rp 5.000, sedangkan untuk SLTA/MA Rp 7.500. Sementara, untuk anak dari keluarga miskin atau kurang mampu, serta anak yatim tidak diwajibkan membayar infaq alias gratis.
Rokib menambahkan, meski tidak pernah mendapat bantuan dari Pemerintah setempat, namun lembaga yang dirintisnya terus berkembang. Selain bimbingan belajar, saat ini juga tersedia Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), serta sebuah perpustakaan, yang berisi berbagai macam buku yang sesuai dengan kebutuhan para pelajar.
Lantaran belum memiliki gedung sendiri, selama ini proses kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah pribadinya, serta sejumlah rumah warga yang berdekatan. Untuk tenaga pengajar juga sudah tidak diragukan lagi, yakni sebanyak 12 tenaga pengajar, yang semuanya lulusan sarjana S1 bahkan ada yang sudah S2 dari berbagai perguruan tinggi ternama. Seperti Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Brawijaya Malang, serta dari sejumlah perguruan tinggi di Bojonegoro.
“Karena konsepnya Kampung Ilmu, kita ingin anak didik merasa nyaman seperti belajar di rumah sendiri. Disini cukup sederhana, tidak ada kursi hanya memakai tikar dan meja belajar,” terang pria yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini.
Kedepanya, YKIB berencana akan membuat gedung sendiri sebagai tempat belajar mengajar, tanpa mengharap bantuan dari pemerintah. Selama ini biaya operasional untuk menggaji tenaga pengajar dan biaya lain, diambilkan dari iuran infaq peserta didik. Namun jumlah tersebut tentu masih belum layak dikatakan sebagai gaji pada umumnya.
“Pada prinsipnya para guru atau tenaga pengajar disini hanya ingin mengabdi. Tenaga pendidik ini semuanya juga berasal dari kecamatan purwosari dan sekitarnya,” terang pria lulusan Unibraw Malang ini.
Sementara itu, untuk mencukupi kebutuhan operasional YKIB, sejak setahun terahir lembaga ini mempunyai program tentang pendidikan eneri minyak dan gas bumi (migas). Program tersebut bekerja sama dengan salah satu operator lapangan migas Banyu Urip blok Cepu, Exxonmobil Cepu Limited (EMCL).
“Kita tidak meminta bantuan kepada perusahaan, tapi murni kerja sama. Sisa dari program tersebut bisa buat mencukupi operasional lembaga, termasuk menggaji para guru,” pungkasnya.
Program belajar energi migas difokuskan untuk para pelajar di sejumlah sekolah di wilayah Kecamatan Gayam. Tujuanya untuk memberi pendidikan energi pagi anak-anak. Selain belajar tentang energi, YKIB juga memberikan materi tentang jurnalistik kepada para pelajar di kawasan migas Blok Cepu tersebut.(ATP)
Published in