Digelar Seminar Publik Energi bagi Masyarakat

Denpasar (Bali Post) – Masih adanya tabung elpiji yang bocor atau selang regulator bocor yang mengakibatkan ledakan atau kebakaran, cukup menimbulkan keprihatinan. Untuk mengoptimalkan konversi minyak tanah ke elpiji dan menata pengelolaan energi yang aman bagi masyarakat luas, Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) bekerja sama dengan Bisnis Bali menggelar seminar publik energi untuk masyarakat bertema ”Konversi dan Tata Kelola Energi bagi Masyarakat”. Acara berlangsung di Hotel Nikki Denpasar, Jumat (13/5) kemarin. Seminar ini menampilkan Kadisperindag Bali Gede Darmaja, I Ketut Wiana dari Institut Hindu Dharma Negeri, serta I.B. Tedy Priantara, Ketua Pengawas Koperasi Krama Bali (KKB). Acara ini dimoderatori Atmakusumah Astraatmadja, pengajar LPDS. Seminar dihadiri 203 peserta dari kalangan pengambil kebijakan, mahasiswa, instansi terkait hingga konsumen.

Atmakusumah mengatakan, program konversi minyak tanah ke gas terbukti mampu menekan konsumsi minyak tanah lebih dari 6,2 juta kiloliter. Sehingga, program itu dirasa cukup efektif untuk menekan penggunaan minyak bumi, mengingat cadangan BBM di Indonesia makin menipis. Sementara cadangan gas di Tanah Air masih melimpah hingga 50 tahun ke depan.

”Untuk mengolah gas tidak memerlukan biaya besar seperti biaya produksi minyak tanah. Selain biaya murah, gas juga jauh lebih ramah,” jelasnya.

Di sisi lain, Atmakusumah menjelaskan, program konversi yang dimulai 2007 itu dari segi penghematan energi cukup efektif. Akan tetapi, sejak awal digulirkan cukup banyak ledakan gas yang meresahkan masyarakat. ”Insiden itu terjadi bukan karena kebocoran tabung, melainkan dari selangnya. Namun banyak media yang memberitakan terjadinya ledakan akibat kebocoran tabung gas. Hal itu keliru,” imbuhnya.

Untuk mengetahui di mana banyak terjadi insiden tersebut, pihaknya sudah mendatangi enam kota besar di Indonesia dan Bali yang ketujuh. ”Hasilnya, kasus kebakaran elpiji banyak terjadi di Jakarta karena penduduknya padat, sedangkan Bali cukup jarang,” ucapnya.

Hal senada diungkapkan Kadisperindag Bali Gede Darmaja. ”Program konversi ini merupakan kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM guna meringankan beban pemerintah,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya meminta berbagai kalangan hingga masyarakat terus mengoptimalkan program ini, mengingat program ini harus diikuti degan perubahan pola perilaku masyarakat.

Salah satu hal penting yang perlu diingat, yakni pada umumnya implementasi kebijakan akan berjalan baik setelah dilaksanakan beberapa waktu.

Untuk mengantisipasi terjadinya ledakan gas tabung ukuran 3 kg tidak cukup hanya dengan sosialisasi kepada masyarakat. Yang lebih tepat justru edukasi terhadap masyarakat tentang kebijakan konversi ini.

Sejumlah kalangan menilai, sosialisasi yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Pertamina yang dimulai pada 2007 lalu masih gagal. Seperti yang diungkapkan Made Subiksa dari Undiknas, Wedasari UNHI, dan Gusti Sudarsana dari SMA 1 Abiansemal, Badung.

”Pada praktiknya, proses sosialisasi yang seharusnya dilakukan konsultan Pertamina hingga tingkat bawah tidak semua dilakukan secara benar. Akibatnya, cukup banyak terjadi kasus ledakan elpiji di beberapa wilayah karena kurang mengertinya masyarakat dalam penggunaan kompor elpiji secara baik dan benar,” ujar mereka. (kmb)

Sumber: www.balipost.co.id / 14 Mei 2011

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=51589

Published in Kliping Berita