Jakarta (LPDS News) – Media punya peran krusial dalam memasyarakatkan masalah flu burung. Demikian pendapat Paul Forster, seorang peneliti dari IDS Inggris, saat berkunjung ke Lembaga Pers Dr. Soetomo Selasa, 23 Desember.
Paul Forster, mahasiswa S-3 Institute of Development Studies (IDS), Universitas Sussex, sedang berada di Indonesia untuk menelaah flu burung dan implikasi politik-ekonominya.
Menurut Forster, salah satu aspek yang ditelitinyai ialah praktik-praktik baik pencegahan penularan virus flu burung ini dengan berkunjung ke 10 daerah di Indonesia dalam enam bulan mendatang dari Aceh sampai Papua.
Disertasi doktoral Forster berfokus kepada rangkaian tanggapan terhadap ancaman influenza pandemik burung dan manusia. Telaahnya mempertanyakan apakah virus H5N1 merupakan risiko modernisasi. Studi S-3 ini mulai dilakukan November 2008 dengan memperdalam bahasa Indonesia dengan kursus intensif di Yogyakarta.
Sebelumnya Forster telah menulis makalah The political economy of avian influenza in Indonesia (terbit November 2008) atas permintaan FAO (organisasi PBB dalam bidang pertanian) dan Departemen Pembangunan Internasional (DFID) Inggris.
Di LPDS Forster diterima direktur eksekutif Priyambodo R.H. dan staf khusus program eksternal Warief Djajanto Basorie.
Indonesia merupakan negara yang paling tinggi tingkat infeksi highly pathogenic avian influenza (HPAI) di dunia. Sejak terdeteksi pertama di Pekalongan, Jawa Tengah, Agustus 2003, 113 orang Indonesia hingga Desember 2008 telah meninggal akibat virus H5N1 ini. Kebanyakan korban adalah anak-anak dan orang usia muda. (*)
Published in