Beginikah Trik Media Cetak di Tanah Air untuk Bertahan?

TEMPO Interaktif, Jakarta – Serikat Penerbit Surat Kabar berencana segera meluncurkan situs pengumpul berita surat kabar nasional sehingga lalu lintas pengakses akan sangat banyak dan terus meningkat. “Kalau bisa terealisasi sebelum Jambore Penerbit pada 20 Agustus,” ujar Ketua Umum Serikat, Dahlan Iskan, dalam Seminar Media Industry Review 2009 di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (14/7).

Hadirnya situs pengumpul atau lazim disebut agregator itu, diharapkan mampu mengatasi dominasi situs pencari Google sebagai penyerap iklan yang perlahan menggerus pendapatan iklan media cetak. Hasil dari iklan di agregator juga bakal memberi penghasilan tambahan bagi surat kabar peserta.

Menurut Direktur Eksekutif Serikat Asmono Wikan, dari segi bisnis, agregator tak bakal memberi pendapatan signifikan selama dua hingga tiga tahun. Tapi setelah itu, saat situs pengumpul lebih dikenal masyarakat dan pengiklan, pemasukan dari agregator akan memberi pendapatan yang berarti. Serikat akan menggandeng PT Mediatrac Sistem Komunikasi selaku penyedia layanan situs pengumpul berita tersebut.

Direktur Utama Mediatrac Andy Sjarif mengatakan, dengan dikumpulkannya berita surat kabar nasional di satu situs, lalu lintas pengakses akan sangat banyak dan terus meningkat. Posisi agregator di hasil pencarian Google otomatis berada di posisi puncak. “Google yang biasanya dijadikan musuh media cetak di Amerika Serikat, justru bisa berguna untuk kita,” tuturnya.

Lalu lintas yang bagus bakal menarik para pengiklan, yang berarti penghasilan tambahan untuk surat kabar. Selama ini telah ada beberapa situs pengumpul berita surat kabar di Indonesia, tapi tidak resmi sehingga tak memberikan pendapatan apa pun bagi surat kabar sebagai pemilik beritanya.

Andi mengatakan, agregator nantinya mengumpulkan bukan saja berita versi cetak, tapi juga berita dari situs Internet milik surat kabar. Beberapa surat kabar seperti Koran Tempo, Kompas, Republika, dan Media Indonesia, kini telah memiliki situs yang memuat berita terkini (breaking news). Maka variasi berita di agregator akan lebih banyak dan memudahkan pembacanya.

Ia mengakui, tak semua surat kabar siap langsung bergabung. Sebab, belum semua anggota Serikat memiliki situs web, dan yang sudah punya pun belum memaksimalkan situsnya. “Akan memerlukan masa transisi,” ucapnya. Namun, ia belum bisa merinci perihal bayaran kepada Mediatrac dan pembagian pendapatan iklan karena negosiasi dengan Serikat belum final.

Pemimpin Perusahaan Kompas Lukas Widjaja menyambut baik rencana Serikat tersebut. “Ide ini layak dijajaki,” kata dia. “Kalau bisa menambah panjang usia surat kabar, kenapa tidak?” Lukas berujar, nyaris tiap tahun surat kabar diramalkan akan segera mati, tersalip oleh radio, televisi, dan kini Internet. Tapi ternyata surat kabar masih bertahan karena inovasi yang dilakukannya. (BUNGA MANGGIASIH)

Sumber: www.tempointeraktif.com / Selasa, 14 Juli 2009

Published in Berita LPDS