LBH Jakarta Dampingi Informan SIGI

“Idealnya, dua orang (narasumber) ini harus dilindungi dulu.”

JAKARTA — Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta mengaku siap mendampingi Heri Kiswanto dan Herry Yanuar, narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Salemba, yang menjadi informan program investigasi SIGI SCTV berjudul “Bisnis Seks di Balik Jeruji”. Keduanya diduga trauma karena diintimidasi di dalam penjara, sehingga mencoba bunuh diri.

Kepala Penelitian dan Pengembangan LBH Jakarta Edy Halomoan Gurning mengatakan jika kedua narapidana itu dinilai melanggar peraturan karena telah membawa masuk kamera tersembunyi untuk tim SIGI, seharusnya diberi hukuman formal dan tidak disiksa. “Tidak boleh ada pemukulan ataupun sel isolasi. Mereka harus dilindungi,” katanya Sabtu lalu.

Selain itu, petugas keamanan tidak boleh membiarkan narapidana lain mengintimidasi secara fisik maupun psikis terhadap kedua informan tersebut. Untuk menghindari kekerasan, keduanya bisa dipindahkan dari Rumah Tahanan Salemba. “Ini tergantung iktikad baik jaksa. Idealnya, dua orang ini harus dilindungi dulu,” kata Edy.

LBH Jakarta berupaya agar Heri Kiswanto dan Herry Yanuar diizinkan untuk menemui orang tua mereka. Menurut Edy, sejak kasus identitas narasumber tayangan SIGI itu terbongkar, mereka tidak diizinkan menerima tamu. LBH sedang mengusahakan agar kedua narapidana perkara narkoba itu diizinkan menemui keluarga yang membesuk.

Tayangan yang menceritakan bisnis seks itu “merepotkan” para pejabat dan penghuni Rumah Tahanan Salemba. Kepada wartawan, Kiswanto, yang didampingi Kepala Rutan Salemba Slamet Prihantara, menyatakan berusaha bunuh diri dengan menjerat lehernya menggunakan gesper dan menggantung diri di gagang pintu toilet lantai dua Rutan Salemba pada 28 Oktober.

“Gesper itu saya bawa diam-diam,” ujar Kiswanto kepada wartawan Jumat lalu. Akibatnya, leher dan pelipis kiri Kiswanto terluka. Narapidana perkara kepemilikan ganja yang dihukum 4 tahun itu, kata Slamet, ditemukan pingsan oleh sipir dan segera dibawa ke Rumah Sakit M.H. Thamrin di Salemba.

Kiswanto mengaku malu menonton tayangan SIGI yang disiarkan sehari sebelumnya.

Kiswanto dan Yanuar menjadi informan tim SIGI SCTV dengan imbalan Rp 2 juta. Mereka direkrut tim SIGI dan difasilitasi kamera tersembunyi untuk merekam bisnis seks di rutan itu. Para sipir dan narapidana mengetahui identitas keduanya setelah menonton tayangan itu dan merazia penghuni rutan.

Kiswanto mengaku bersedia beradegan seronok karena hasratnya tidak tersalurkan selama berbulan-bulan menghuni rumah tahanan. Ia mengaku tidak tahu jika adegan seronoknya akan dipublikasikan oleh SCTV. “Libido lelaki saya timbul saat ditawari proyek ini oleh Abdul Malik dan Azril–orang SCTV,” ujarnya di depan wartawan Jumat lalu di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta Pusat. Abdul Malik diperkenalkan oleh Yanuar, narapidana yang telah menjalani 9 bulan dari 5,5 tahun masa hukumannya.

Awalnya, Kiswanto mengaku menolak menerima “order” itu. Tapi kemudian berubah karena kru SCTV berjanji menyembunyikan identitasnya. Pada pertemuan berikutnya, kru televisi itu membawakan perempuan yang dijanjikan yang kemudian diketahui bernama Leni, 19 tahun. “Dia pemandu karaoke di Harmoni,” kata Kiswanto.

Untuk mengelabui penjaga Rutan, Kiswanto berbohong kepada petugas dengan mengaku Leni sebagai pacarnya. Agar rencana mereka berjalan mulus,SCTV membuat skenario keduanya seolah-olah sedang bertengkar, sehingga sipir menyediakan tempat di ruang keamanan.

Kesempatan datang saat sipir menerima telepon dan keluar dari ruang keamanan. Heri, yang melihat kunci pintu tergantung, langsung mengunci pintu dari dalam dan memuaskan hasrat libidonya sekitar 15 menit. “Waktu itu cuma dimarahin sama sipir,” ujar Kiswanto. Menurut Kiswanto, tas Leni juga dilengkapi kamera. Lima hari setelahnya, Malik, informan SIGI lainnya, memberinya Rp 300 ribu.

Setelah program SIGI tayang, Kiswanto merasa diperalat SCTV. Meski begitu, dia belum berpikir untuk menuntut. Ketua Dewan Pers Bagir Manan meminta SCTV membela kedua narasumbernya. Namun Pemimpin Redaksi SCTV, Don Bosco Selamun, kemarin belum bersedia diwawancarai Tempo mengenai hal ini. Ia mengatakan sedang boarding pesawat dan baru bisa dihubungi setelah mendarat di Jakarta. “Saya sedang boarding,” katanya melalui telepon. Sedangkan Produser Eksekutif Program Khusus Liputan 6 SCTV, Henri Sianipar, hingga kini belum bisa dihubungi. Tempo, yang menghubunginya berkali-kali melalui telepon, tidak dijawab. DWI RIYANTO AGUSTIAR | HERU TRIYONO | VENNIE MELYANI | ENDRI K

Sumber: Koran Tempo, 8 November 2010

http://korantempo.com/korantempo/koran/2010/11/08/Metro/krn.20101108.217322.id.html

Published in Kliping Berita