THE Heritage Hunter adalah sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh Gramedia bekerja sama dengan Cipta Kawasan. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan lokasi-lokasi bersejarah dan budaya, khususnya di kawasan Lapangan Banteng. Acara ini menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai sejarah serta pentingnya melestarikan warisan budaya bangsa. Melalui kegiatan ini, lokasi-lokasi seperti Lapangan Banteng, Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Post Bloc, Antara Heritage Center, hingga Pasar Baru diharapkan dapat bertransformasi menjadi ruang publik yang mendukung ekspresi dan pelestarian keberagaman budaya Indonesia.
Setiap peserta memulai perjalanan dengan menerima tas selempang berisi snack, minuman, jas hujan, dan payung sebagai antisipasi cuaca. Perjalanan dimulai di Gedung Gramedia Pasar Baru, toko buku Gramedia tertua di Indonesia yang berdiri sejak 1975. Di sana, para peserta mendapatkan arahan mengenai rute dan lokasi yang akan dikunjungi. Salah satu panitia menjelaskan, “Gedung ini adalah toko buku Gramedia tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 1975.” Penjelasan ini mengawali perjalanan yang membawa peserta lebih dekat dengan sejarah literasi Indonesia.
Dari Pasar Baru, peserta melanjutkan perjalanan menuju Antara Heritage Center. Perjalanan dimulai dengan kunjungan ke Ruang Aneta, yang menjadi saksi bisu sejarah Kantor Berita Antara. Di dalamnya terdapat meja dan lemari asli milik Adam Malik, salah satu pendiri kantor berita tersebut. Panitia menjelaskan dengan antusias, “Meja dan lemari ini adalah meja dan lemari asli milik Adam Malik,” sambil menunjukkan koleksi berharga itu kepada peserta.
Kemudian, para peserta naik ke lantai dua yang menjadi Museum Jurnalistik Antara. Di museum ini, mereka dapat melihat sejarah berdirinya Kantor Berita Antara, koleksi barang-barang antik seperti mesin ketik yang pernah digunakan oleh para pendiri, logo-logo Antara dari masa ke masa, serta foto anggota yang pernah menjabat. Semua itu menjadi gambaran nyata perjalanan panjang jurnalistik Indonesia.
Setelah menjelajahi lantai dua, peserta turun kembali ke lantai satu, di mana terdapat dua pameran foto menarik. Yang pertama adalah pameran “53 Tahun Pembangunan Batam,” yang menggambarkan perkembangan kota Batam selama lebih dari lima dekade. Di samping ruang pameran tersebut, terdapat pameran “Legasi Jokowi” yang menampilkan perjalanan Jokowi dari wali kota Solo, gubernur DKI Jakarta, hingga menjadi Presiden RI. Salah satu panitia menyebutkan, “Pameran Legasi Jokowi ini harusnya sudah ditutup, namun banyak peminatnya jadi tetap ditampilkan.”
Saat perjalanan berlanjut ke Pos Bloc, hujan tiba-tiba turun. Namun, semangat para peserta tetap tidak surut. Dengan mengenakan jas hujan dan payung yang telah disediakan, mereka melanjutkan perjalanan. Setibanya di Pos Bloc, yang berada di bekas Gedung Kantor Pos Pasar Baru, peserta diajak mendalami sejarah tempat ini. Panitia menjelaskan, “Dulu di tempat ini bergelimang surat- surat, namun sekarang sudah dialihfungsikan menjadi sarana umum, salah satunya untuk kuliner.” Kini, Pos Bloc telah berubah menjadi ruang publik yang memadukan seni dan kuliner, lengkap dengan kafe, booth makanan, hingga tempat lukis baju.
Perjalanan Heritage Hunter berlanjut ke destinasi berikutnya, yaitu Gereja Katedral yang terletak di Jl. Katedral No. 7B, Jakarta Pusat. Di sini, peserta diajak menjelajahi Museum Katedral Jakarta yang terletak di dalam kompleks gereja. Museum ini menyimpan sejumlah koleksi ikonis, termasuk benda-benda suci (relikwi) peninggalan para tokoh suci yang mati syahid. Salah satu koleksi yang menarik perhatian adalah potongan tulang yang disimpan dalam kotak timah hitam, serta potongan relikwi lain yang tersimpan dalam liontin. Peserta juga dapat melihat buku-buku tua yang menjadi saksi perjalanan sejarah gereja, serta benda-benda kenang-kenangan dari Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II, yang diberikan saat kunjungan mereka ke Indonesia. Semua koleksi ini menjadi jendela sejarah yang memperlihatkan hubungan antara Vatikan dan Indonesia, sekaligus merefleksikan kekayaan spiritualitas yang dimiliki Gereja Katedral.
Setelah puas menjelajahi Museum Katedral, perjalanan dilanjutkan ke Masjid Istiqlal. Peserta diajak ke salah satu ruang yang nantinya akan dijadikan Museum Istiqlal, sebuah proyek modern yang masih dalam tahap pengembangan. Museum ini dirancang untuk menyimpan sejarah Masjid Istiqlal, termasuk koreografi pembangunan, foto-foto bersejarah, serta kisah-kisah menarik di balik berdirinya masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Menariknya, museum ini direncanakan memiliki fasilitas berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan pengunjung berinteraksi dengan teknologi untuk mempelajari sejarah Istiqlal. Namun, karena museum ini masih dalam proses pengerjaan, peserta dilarang mendokumentasikan ruang ini dalam bentuk foto atau video. Meski begitu, pengalaman ini tetap memberikan gambaran akan transformasi modern dari warisan budaya Jakarta.
Setelah langit kembali cerah, perjalanan dilanjutkan ke destinasi terakhir, Lapangan Banteng. Di sini, peserta diarahkan untuk duduk di atas tikar yang telah disediakan, menikmati suasana santai sambil beristirahat. Panitia memanfaatkan momen ini untuk mengajak peserta berbagi pengalaman dan pelajaran yang mereka dapatkan sepanjang perjalanan. Diskusi santai ini menjadi kesempatan bagi peserta untuk merefleksikan keseruan hari itu.
Hal unik dari kegiatan ini adalah adanya sesi melukis di Lapangan Banteng. Setiap peserta diberikan kanvas, stand kanvas, kuas, dan cat air untuk mengekspresikan pengalaman mereka selama mengikuti Heritage Hunter. “Saya melukis awan mendung dan matahari tersenyum karena kondisi hari ini mendung namun tetap seru!” ujar Dini, salah satu peserta yang antusias menunjukkan karyanya. Aktivitas ini memberikan sentuhan kreatif yang membuat perjalanan semakin berkesan.
The Heritage Hunter menjadi pengalaman yang menggugah kesadaran peserta akan pentingnya melestarikan warisan budaya. Kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga mengajak peserta untuk menghargai Jakarta sebagai kota dengan sejarah yang begitu kaya. “Sayang banget kalau Jakarta ini teman-teman gak sempat explore, karena banyak hal yang kita bisa temukan, contohnya tempat-tempat yang dikunjungi tadi,” kata sony salah satu peserta The Heritage Hunter.
Melalui kegiatan ini, Gramedia dan Cipta Kawasan mengajak kita untuk lebih menghargai tempat- tempat bersejarah di Jakarta. Jangan ragu untuk meluangkan waktu mengeksplorasi kota ini, karena Jakarta menyimpan segudang cerita yang menunggu untuk ditemukan. Heritage Hunter telah membuktikan bahwa perjalanan menyelami sejarah dapat menjadi pengalaman yang seru dan penuh makna. (Wildan Nur Alif Kurniawan. Mahasiswa Magang PNJ).
Published in