Drama Korea dalam Virtual Class LPDS

Jakarta – Rabu, 14 April 2021 LPDS menggelar kembali virtual class. Kali ini mengangkat tema seputar drakor, drama Korea, dengan “judul” webinar:  “Olala Drama Korea.” Pembicaranya, Gloroa Fransisca Katharina Lawi A,M., caretaker Mosi. Id, dan peresensi film, Reni Asih Widiyastuti.

Menurut Gloria, awalnya, seperti pada umumnya cerita percintaan, drama Korea identik dengan kisah cinta segitiga dan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Hal tersebut   kadang membuat para penonton setia drama Korea jenuh sehingga memutuskan untuk berhenti menonton.

Nah, belakangan, ujar Gloria, seiring berjalannya waktu, mulai sekitar 2014, kisah-kisah yang disajikan drama Korea ini makin unik karena mengambil perspektif berbeda. Penulis drama Korea kini kerap  menceritakan profesi tertentu untuk menjadi latar belakang sebuah cerita, seperti, dokter, pengacara, jaksa, tentara, aktor/aktris, pebisnis, politisi, guru/dosen dan lain-lain.

Drama Korea pun tak jarang menceritakan tentang kehidupan profesi jurnalis di Korea Selatan, seperti “drakor” berjudul Pinocchio (2014). Penulis dalam cerita ini  menggambarkan dengan teliti dan detail  setiap adegan  drama ini.

Penulis drama Korea, ujar Gloria, juga membaca keinginan penonton sehingga  kisah yang diangkat itu bisa terus digemari dan ditunggu penonton yang, dengan demikian,  membuat ratingnya tetap tinggi.

Pemain drama Korea, ujar Gloria,  juga teliti untuk mendeteksi karakteristik audience di berbagai negara. Mereka, ujarnya, sampai mempelajari bahasa negara lain, termasuk  Indonesia. Hal inilah, ujarnya, yang pada akhirnya  juga membuat penonton Indonesia tertarik  mengenal budaya, bahasa dan kuliner dari Korea. “Korea ini sedang melakukan soft power dengan melakukan kebiasaan baru untuk menjadi industri kreatif yang mengglobal. Sehingga drama Korea ini selalu mengikuti perkembangan trend masa kini,” ujar Gloria.

 

Ada pun Reni membagi tips bagaimana menulis resensi film, termasuk drama Korea. Menurut dia, untuk menulis resensi ada sejumlah tahap-tahap yang mesti dilalui -tentu saja termasuk menonton filmnya. Selain itu penulis resensi juga mesti mengetahui data film, pemain, genre film.

Reni berpendapat dari menulis resensi film bisa mendapatkan manfaatnya. Karena bisa mengajak masyarakat yang belum pernah menonton film tertarik untuk menonton film setelah membaca ulasan film. “Dari menonton film kita bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil sebagai bahan pembelajaran untuk kehidupan,” katanya. (Niswatul/b)

 

Published in Berita LPDS