(suarasurabaya.net) – Tidak ada yang menyangkal bahwa media online adalah sebuah media masa depan. Tidak pula ada yang menampik bahwa konvergensi nantinya akan menjadi sebuah keniscayaan. Lalu, apa yang diperlukan sebuah media online untuk menjawab tantangan ke depan?
“SDM (sumber daya manusia),” jawab Priyambodo RH Executive Director Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) yang hari ini jadi narasumber Diskusi Ahli suarasurabaya.net, Sabtu (16/05).
Dengan topik “Tren Perkembangan Dunia Internet dan Multimedia, Pengembangan Konten dan Bisnis Situs Berita, serta Yang Perlu Dicermati dari UU ITE”, Priyambodo, yang juga Ketua Bidang Multimedia Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, memberikan sebuah pencerahan kepada kru Suara Surabaya Media khususnya suarasurabaya.net.
Priyambodo menekankan, SDM harus dididik. Tidak perlu berjumlah banyak, tapi mereka harus multitasking. Tidak hanya sebagai wartawan, fotografer, dan editor, tapi dia juga harus bisa menjadi manager, bahkan marketing.
“Dia tidak hanya cari berita dari sisi jurnalistik tapi juga harus mampu publikasi dari nilai ekonomi, bisa juga jadi manager dari sisi budgeting,” kata Bob, sapaan akrab Priyambodo.
Lebih lanjut pria yang pernah menjadi Kepala LKBN Antara Biro Portugal dan Belgia ini media online akan menjadi multimedia gateway layaknya BBC. Untuk langkah awal, suarasurabaya.net sudah memiliki tahap itu. Dengan adanya radio online, radio on demand dan video streaming, suarasurabaya.net sudah memiliki positioning sendiri.
Hanya saja, kata Priyambodo, suarasurabaya.net harus lebih melibatkan publik melalui cyber journalism (jurnalisme ber-Internet) sebagaimana yang juga telah diusung Suara Surabaya FM 100 dalam citizen journalism (jurnalisme warga).
“Talkshow dengan publik lewat Suara Surabaya juga bisa diangkat di suarasurabaya.net. Fakta jurnalistik dan fakta hukum dengan sistem database yang belum dikembangkan radio lain. Perlu juga untuk bagaimana menampilkan awak Suara Surabaya sebagai contoh untuk multimedia,” ujar Priyambodo.
Persoalan lain yang terungkap dalam diskusi tersebut adalah masalah konten dan konteks. Menurut Priyambodo, media massa online seringkali melupakan unsur konteks dalam pemberitaannya.
“Wartawan lupa dengan konfirmasi yang berimbang untuk memberikan makna kepada pembaca. Mereka hanya memikirkan konten. Saking banyaknya informasi yang diberikan, pembaca kehilangan makna,” kata alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa – Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA-AWS) ini.
Itulah kenapa, bagi media online perlu adanya kanal atau pengkategorian berita atau informasi. Yang ingin tahu soal berita olahraga, bisa langsung mencari kategori olahraga. Demikian pula ketika media online bisa menawarkan reportase investigatif, kata alumnus International Institute for Journalism (IIJ) Berlin (Jerman) ini.
“Jenis berita, cari narasumber, dapat data juga lebih beragam itu dari sisi konten. Tantangannya sama dengan media lain, bagaimana menciptakan konteks memberikan makna untuk publik,” pungkas Redaktur Senior ANTARA Multimedia Gateway.(git/ipg)
(dikutip dari: http://www.suarasurabaya.net/v06/ssmedia/?id=2b8f36df53a6216a57421d4b03a61605200965112
Foto: Priyambodo RH –paling kiri, berjaket hitam– saat berkunjung ke ruang gatekeepers Radio Surabaya)
Published in