CSR Migas Dorong Percepatan Pembangunan Daerah
Sabtu, 25 November 2017 | http://suarabanyuurip.com/kabar/baca/csr-migas-dorong-percepatan-pembangunan-daerah
Pembangunan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kian berkembang pesat. Kemajuan ini tak lepas dari adanya industri migas di wilayah setempat.
Keberadaan industri hulu migas di Bojonegoro menjadi berkah bagi pemerintah kabupaten dan masyarakatnya. Dengan sumber daya alam yang melimpah ruah itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro mendapat dana bagi hasil (DBH) migas yang mampu menopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Tahun 2017 ini, APBD Bojonegoro mencapai Rp3,3 triliun dan merupakan tertinggi ke dua di Jawa Timur, setelah Surabaya. Dengan pendapatan terbesar disokong dari DBH Migas.
Selain Pemkab mendapatkan dana bagi hasil (DBH) migas, masyarakat Bojonegoro juga memperoleh serangkaian program tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/CSR) dari kontraktor kontrak kerja sama (K3S) yang beroperasi di wilayah setempat. Yakni ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), operator Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, dan Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC), operator Lapangan Gas Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB).
Kemudian Joint Operating Body Pertamina – Petrochina East Java (JOBP-PEJ), operator Lapangan Sukowati, Blok Tuban, dan Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Aset 4 Field Cepu, pengelola Lapangan Tiung Biru (TBR), dan sumur minyak tua.
Beragam program yang dikucurkan para K3S ini telah mendapat persetujuan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SSK Migas). Yakni bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kegiatan pengembangan masyarakat lainnya. Program CSR yang diberikan K3S selama ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat.
Rangkaian program yang digulirkan K3S manjadikan masyarakat semakin berdaya dan mandiri. Warga mulai berani mendirikan usaha baru. Karena selain memperoleh serangkaian pelatihan untuk meningkatkan sumber daya, masyarakat juga mendapatkan permodalan hingga bantuan pemasaran untuk produk-produk usahanya.
Hasilnya perekonomian masyarakat Bojonegoro meningkat. Bojonegoro yang sebelumnya masuk daftar kabupaten termiskin, sekarang telah berhasil keluar dari daftar sepuluh kabupaten termiskin di Jatim.
Sesuai perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Bojonegoro berada di urutan 11 kabupaten/kota untuk jumlah penduduk miskin di Jawa Timur. Pada 2015 jumlah penduduk miskin daerahnya sebanyak 193.990 jiwa (15,71 persen) dan turun menjadi 180.990 jiwa (14,60 persen), pada 2016.
“Capaian ini salah satunya dari program-program CSR yang diberikan operator. Sinergi antara pemkab dan perusahaan migas ini harus terus ditingkatkan untuk mengurangi jumlah kemiskinan di Bojonegoro,” kata Bupati Bojonegoro, Suyoto.
Bupati dua periode itu juga mengingatkan, generasi sekarang harus melihat kedepan. Karena sumber minyak lambat laun akan habis. Yang tersisa pengusaha-pengusaha yang harus ditimbulkan mulai dari sekarang.
“Memang tidak gampang, tapi bukan berarti tidak mungkin,” tandasnya.
Tidak hanya dengan berwirausaha, bantuan K3S dalam peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan selama ini di nilai Kang Yoto-sapaan akrab Bupati Suyoto, telah memberikan dampak signifikan di Bojonegoro.
“SDM banyak mengalami peningkatan, dan pastinya berperan serta dalam mengurangi angka kemiskinan di Bojonegoro,” tegas Kang Yoto kembali.
Program CSR yang digulirkan EMCL, misalnya. Operator telah menggulirkan program kemasyarakatan jauh hari sebelum Lapangan Banyuurip produksi. Tujuannya agar ketika proyek konstruksi berlangsung warga dapat menangkap peluang usaha dan kerja.
Bahkan anak perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu juga telah memikirkan ketika produksi sudah berlangsung yang diikuti dengan semakin kecilnya jumlah tenaga kerja. Yakni membekali pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Dengan harapan pengusaha-pengusaha muda nantinya dapat mandiri dan merekrut tenaga kerja sendiri dari lingkungannya sehingga dapat mengurangi pengangguran.
“Hal itu akan terus kami lakukan, seperti acara sekarang ini untuk menarik minat kewirausahaan dan membantu semuanya untuk bisa mandiri dan jadi pengusaha,” kata Juru Bicara EMCL, Rexy Mawardijaya.
Lain lagi program CSR yang diberikan JOB P-PEJ. Untuk meningkatkan perekonomian warga, JOBP-PEJ telah mendorong berdirinya Kedai K-Noman. Program yang menjadi salah satu inovasi JOB PPEJ itu adalah menciptakan Agro Kuliner khas pedesaan, untuk membantu kemandirian serta meningkatkan perekonomian warga desa setempat.
Bentuk dukungan yang diberikan JOB P-PEJ adalah memberikan pelatihan bagi pemilik dan pegawainya bagaimana mengelola rumah makan secara baik dan benar.
“Ada pembelajaran managemen keuangan, marketing, dan lain sebagainya,” sambung Field Administration Superintendant JOB P-PEJ, Akbar Pradima.
Pembangunan Agro Kuliner tersebut dibentuk dengan konsep tradisional dengan menyediakan menu tradisional khas dari desa tersebut. Inovasi pembuatan Kedai K-Noman atau Agro Kuliner tersebut bukan untuk individu dari pihak desa, tapi demi mengangkat dan meningkatkan perekonomian bagi warga masyarakat sekitar dan akan muncul peluang tenaga kerja yang bisa dimanfaatkan warga desa ring I.
“Agro Kuliner ini dikelola oleh BUMDes dengan melibatkan warga setempat sehingga memberikan peluang tenaga kerja baru dan peluang usaha,” imbuhnya.
Sementara itu, program peningkatan ekonomi kemasyarakatan juga diberikan PEPC. Masyarakat sekitar daerah operasi JTB mandiri dengan usaha batik yang dilakukan. Sebelumnya PEPC telah memberikan bekal keterampilan terhadap mereka untuk mengembangkan bisnis industri batik.
Sebanyak 25 orang dari 5 desa di 3 kecamatan yang ada di sekitar lokasi kini sudah bisa memproduksi batik tradisional yang selama ini telah mereka geluti. Batik yang mereka produksi memiliki ciri khas. Batik yang dominan berwarna kalem itu diproduksi dengan menggunakan pewarnaan alam. Sehingga nuansa alamiahnya sangat kental.
Diharapkan kerajianan tersebut dapat berkembang dan bersaing di pasar global. Selain memberikan bekal keterampilan, PEPC juga berusaha menciptakan pasar dari hasil usaha batik warga ini.
“Kedepan engan adanya pelatihan ini diharpkan akan menciptakan local hero atau tokoh perempuan yang bisa bersaing di tingkat global,” timpal Public and Government Affair Pertamina EP Cepu, Edy Purnomo.
Operator sumur Tiung Biru dan Sumur Tua, PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu juga telah memberikan banyak sekali program CSR bagi warga Bojonegoro. Salah satunya menggelar pelatihan manajemen ASI bekerja sama dengan AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Cabang Jawa Timur dalam rangka CSR SEHATI (Sehat Anak Tercinta & Ibu) di Bonero Hotel Bojonegoro.
Pelatihan yang dilaksanakan selama tiga hari pada Senin-Rabu (28-30 Agustus 2017) ini diikuti oleh 25 kader posyandu dari enam desa di wilayah operasi Perusahaan yakni desa Kalisumber, Malingmati, Tambakrejo – Kecamatan Tambakrejo dan desa Purwosari, Gapluk, Kuniran – Kecamatan Purwosari.
Selain pelatihan tersebut, Asset 4 Field Cepu juga memberikan bantuan pemenuhan sarana prasarana posyandu dan kelas ibu hamil untuk wilayah Kecamatan Tambakrejo, Purwosari, dan Kedewan – Bojonegoro seperti timbangan bayi digital, konseling ASI kit, bola senam hamil, alat ukur panjang badan bayi, temometer digital, dan lain sebagainya.
“Kita ingin meningkatkan kualitas generasi masa depan melalui kader posyandu. Diharapkan dengan pelatihan ini seluruh kader bisa memberikan informasi kepada masyarakat dan mengedukasi secara maksimal jika ASI sangat penting bagi bayi. Dengan program ini setidaknya dapat meningkatkan kesehatan di sekitar operasi,” jelas Field Manager PEP Asset 4, Heru Irianto.
Bantuan CSR yang diberikan KKKS selama ini tidak diberikan dalam bentuk tunai. Namun harus melalui program sosial yang diatur dalam UU Migas. Dengan adanya program CSR diharapkan menciptakan program kepedulian terhadap masyarakat sesuai dengan fungsi sosial.
SKK Migas berharap agar program sosial baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun peningkatan ekonomi masyarakat bisa dimanfaatkan oleh masyarakat saat KKKS telah meninggalkan daerah operasinya.
”Program CSR yang digulirkan operator untuk melengkapi daripada program-program pemerintah daerah, dan turut mempercepat pembangunan,” sambung Kepala Perwakilan Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Ali Mashar dikonfirmasi terpisah.
Karena itu pihaknya berharap agar masyarakat dan stakeholder mendukung kegiatan migas di Bojonegoro. Ali mencontohkan, produksi puncak Lapangan Banyuurip sebesar 200 ribu barel per hari (Bph) yang tercapai sekarang ini tidak akan bisa dicapai K3S tanpa dukungan dari semua pihak.
“Ini adalah berkah yang harus disyukuri. Mari kita jaga bersama-sama agar berkah ini bisa membawa kemakmuran masyarakat,” pesan pria humanis dan ramah itu.(ririn wedia)
Published in