Gambut terbakar di Barat hingga menunggu “kiamat” di Timur

 

Jakarta, ClimateReporter – Pemadaman lahan gambut terbakar dekat bandar udara di Riau.  Aren menjadi pohon multifungsi di Tomohon.  Manokwari menghadapi risiko cuaca ekstrim 2020

Ini merupakan tiga dari 10 laporan lapangan terkait  perubahan iklim liputan di lokasi yang belum dikenal wartawan dari berbagai daerah.

 

 

 

 

Sepuluh wartawan dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua ini adalah peserta lokakarya Meliput Daerah Ketiga Angkatan Keempat, MDK IV, 23 hingga 31 Agustus 2016.

Lembaga Pers Dr. Soetomo menyelenggarakan lokakarya sebagai bagian program jurnalisme Meliput Perubahan Iklim sejak Maret 2012 dengan kerjasama Kementerian Luar Negeri Norwegia.

Dalam MDK, daerah pertama ialah daerah asal wartawan yang bersangkutan. Daerah kedua ialah Jakarta tempat peserta lokakarya memperoleh penjelasan penugasan. Daerah ketiga ialah daerah penugasan yang mereka belum kenal.

Membantu iklim dunia

Helikopter menderu-deru. Berputar-putar di atas lahan terbakar. Demikian pembuka feature interpretatif Mismaya Alkhaerat, wartawan Ve Channel TV di Makassar, dalam meliput kebakaran gambut di Desa Rimbopanjang, berhampiran dengan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau.

Helikopter di atas, sumur bor di bawah, Mismaya melapor lanjut. Satu tim Masyarakat Peduli Api mengebor tanah sedalam 12 meter dengan empat batang pipa untuk membuat sumur bor dalam waktu 90 menit.

Desa Rimbopanjang di Kabupaten Kampar merupakan satu lokasi kegiatan Badan Restorasi Gambut untuk memulihkan kembali 2 juta hektare gambut di tujuh provinsi.

Riau termasuk provinsi penderita kebakaran luas dan kabut asap berat akhir 2015. Akibatnya, Presiden Joko Widodo membentuk BRG untuk merestorasi lahan gambut guna mengecilkan risiko kebakaran dan kabut asap.

Di Tomohon, Sulawesi Utara, wartawan inilampung.com di Bandarlampung Ferry Susanto Arsyad melapor tentang perkebunan aren untuk merehabilitasi hutan rusak. Ferry berada di kaki Gunung Lokon dan sekitarnya di mana ribuan hektare kebun aren terbentang. Pohon aren menghasilkan air nira dijual laku petani ke pabrik gula Masarang milik Yayasan Masarang di Tomohon.

Kehadiran pabrik itu membantu ekonomi masyarakat dan konservasi lingkungan hidup untuk membantu iklim dunia, Ketua Yayasan Masarang Willie Smits menjelaskan kepada Ferry. Smits, warga negera Indonesia kelahiran Belanda, adalah ahli konservasi dan mempelopori penanaman aren lewat yayasannya.

Sementara itu , wartawan majalah Gatra di Jambi Jogi Sirait  terbang ke Manokwari. Jogi mau mengetahui kesiapan ibukota provinsi Papua Barat dalam menghadapi fenomena tahun climate departure pada 2020.

Tahun climate departure (titik berangkat iklim) berarti tahun terdingin setelah 2020 akan lebih panas daripada tahun terpanas sebelum 2020. Cuaca ekstrim menjadi normanya bila tahun climate departure tiba.

Jogi mencari tahu apa tindakan Manokwari menunda climate departure. Satu cara ialah melakukan mitigasi, usaha menurunkan emisi karbon, secara besar-besaran.

Jogi tidak berhasil menemui gubernur, kepala dinas kehutanan, dan pihak berwenang lain karena mereka sedang berada di luar kota. Tetapi para aktivis lingkungan dan akademisi yang ditemui di Universitas Papua (UNIPA) tahu dan cemas tentang climate departure.

Mereka cemas karena pemerintah provinsi yang sudah mendeklarasikan Papua Barat sebagai provinsi konservasi 2014 belum punya rencana strategi konservasi operasional. Tulisan Jogi berjudul: Setengah hati menyambut “kiamat”.

Topik nyata

Tujuh peserta lain juga meliput topik nyata di daerah penugasan masing-masing. Jeane Rondonuwu, wartawan Sulutdaily.com di Manado, bertandang ke Kabupaten Pulangpisau di Kalimantan Tengah untuk memeriksa usaha penduduk membangun sekat kanal dan membuat sumur bor dalam restorasi gambut. Usaha itu belum optimal, Jeane melaporkan.

Di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, wartawan liputan6.com Haeril Hiar dari Ternate, juga meninjau kegiatan restorasi gambut. Di Desa Menang Raya, Haeril menemukan jelutung, tanaman sejenis karet bernilai ekonomis,  dianjurkan ditanam di lahan gambut.

Di Desa Sungai Beras, Jambi, wartawan Arie Bagus Poernomo dari Harian Tabura Pos di Manokwari menemukan masyarakat setempat terhindar dari kejahatan kebakaran akhir 2015. Ini karena mereka sudah membuat sekat kanal yang melindungi lahan kebun mereka dari kobaran api.

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, wartawan Radio IDC FM Imay Sembiring di Balikpapan menemukan penduduk Dusun Tampes di Lombok Utara sedang membangun menara. Warga dusun kemudian memasang jejaring panel tenaga surya untuk menunjang sistem irigasi.

Di Gorontalo, Handi Yanuar dari Harian Rakyat Sumbar di Padang meliput surutnya air Danau Limboto akibat penebangan hutan di hulu sungai-sungai yang bermuara di danau. Tanah longsor masuk danau.

Di Makassar, Agus Nuryadhyn, wartawan Harian Bangka Pos di Pangkal Pinang, mengamati ibukota Sulawesi Selatan sedang membangun kawasan sepanjang Pantai Losari di tengah kota dalam mewujudkan Makassar sebagai titik tengah Indonesia.

Di Balikpapan, Christopel Paino, koresponden Mongabay Indonesia di Gorontalo, meninjau kebersihan Balikpapan sebagai kota besar peraih Adipura paripurna. Christopel mengutip aktivis LSM yang berpendapat Balikpapan tak layak menerima penghargaan itu karena Teluk Balikpapan dicemari limbah industri.

Semua peserta di tengah peliputannya tetap eksis berbagi kabar masing-masing melalui media sosial (medsos), terutama di Facebook. Di antara mereka maupun teman-teman lainnya, termasuk alumni LPDS di luar program ini, turut memberikan tanggapan.

Secara khusus peserta dapat tugas menulis tiga karangan khas. Tugas tulis utama ialah feature interpretatif minimum 800 kata  yang menjelaskan isu atau aksi terkait perubahan iklim. Kedua ialah feature profil 600 kata atau lebih mengenai seorang pelaku  perubahan iklim. Tulisan ketiga ialah feature bebas minimum 600 kata.

 

Published in ClimateReporter