Karya Peserta Lomba Jurnalistik Banyu Urip 2017 – “Mantan Pekerja Migas Berdayakan Warga Kurang Mampu”

Pemuda Blok Cepu Mandiri dengan Membuka Jasa Potong Rambut

Mantan Pekerja Migas Berdayakan Warga Kurang Mampu

Senin, 27 November 2017 | http://www.suarabanyuurip.com/kabar/baca/mantan-pekerja-migas-berdayakan-warga-kurang-mampu-1

Meski melalui proses yang cukup panjang dan susah. Mantan pekerja proyek Banyuurip sukses mendirikan usaha jasa potong rambut. Bahkan dia mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi anak yatim dan warga kurang mampu.

Habisnya pengerjaan proyek rekayasa, pengadaan dan konstruksi (Engineering, Procurement and Constructions/EPC) Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, tak membuat sebagian mantan pekerjanya dari desa ring satu Banyuurip berkecil hati untuk mencari sumber penghasilan. Tak sedikit mereka yang beralih ke sektor wirausaha. Sebagaimana dilakukan Rubianto (26), warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Mantan pekerja proyek di salah satu sub kontraktor EPC ini nekat mendirikan usaha jasa potong rambut sejak tahun 2013 lalu, dan hasilnya cukup lancar.

“Saya mulai buka usaha potong rambut sejak Bulan Juni, Tahun 2013 lalu,” ujarnya, kepada suarabanyuurip.com, Minggu (26/11/2017).‎

Saat ini, Turiz, sapaan akrab Rubianto, telah memiliki dua cabang tempat potong rambut, yaitu di Desa Mojodelik dan Gayam.

Warga RT/RW 15/04, Desa Mojodelik ini juga sudah memiliki karyawan sendiri. Di panggilnya Turiz oleh pelanggan dan teman-temannya, lantaran semasa kecil warna rambut Rubianto berwarna agak kemerah merahan.

“Rambut saya dulu itu warnanya kemerah merahan. Jadi teman-teman manggil saya turiz gitu sampai sekarang,” ujarnya.

Turiz, hanya bertamatan Sekolah Dasar (SD). Namun semangatnya dalam mengarungi perjalanan hidup terbilang luar biasa. Karena mampu bertahan di tengah himpitan ekonomi.

Betapa tidak, perjalanan panjang ia lalui mulai jadi penjual aksesoris dan kaset namun selalu gagal. Hingga disuatu ketika menjadi tenaga kerja proyek Banyuurip.

Dia menyadari bahwa multiplier effect (efek berantai) proyek Banyuurip tak bisa terus berkelanjutan tapi hanya bersifat sementara.

“Saya dulu pernah menjadi tenaga kerja di proyek Banyuurip sebagai helper pada Tahun 2013,” katanya.

Di tempatnya bekerja, Turiz sempat dipromosikan menjadi safety officer hingga tahun 2015. Namun sayang, karena tak bisa melanjutkan pekerjaannya lantaran pengurangan tenaga kerja besar- besaran dilakukan oleh pihak perusahaan menjelang proyek konstruksi EPC rampung. Turiz pun harus berhenti bekerja di proyek.

“Waktu itu pengurangan tenaga kerja besar-besaran termasuk saya. Sehingga membuat saya dan teman – teman sempat bingung,” ungkapnya.

Beruntung, sebelum ikut bekerja di proyek, dia sudah merintis usaha potong rambut. “Saat masih kerja di proyek, saya hanya buka potong rambut malam saja. Karena siang harinya bekerja di proyek,” ujarnya.

Untuk meningkatkan usahanya potong rambut lantas ikut pelatihan yang diberikan operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang mengarah kebidang kewirausahaan termasuk potong rambut. Dari pelatihan itulah banyak ilmu yang didapat yang kemudian dikembangkannya.

“Sejak SD sudah bisa potong rambut, jadi bisa saya otodidak. Kemudian ikut pelatihan yang diberikan EMCL pada Tahun 2015. Banyak ilmu yang saya dapat diantaranya dibidang marketing atau pemasaran,” tandasnya.

Di pilihnya usaha potong rambut, sesuai keahliannya juga tidak membutuhkan banyak modal. Selain itu juga bisa menjadi usaha berkelanjutan yang tak ada putusnya dan dianggapnya lebih menjanjikan.

“Gaji saya sebagai tenaga kerja proyek setiap bulan saya tabung sebagai modal usaha potong rambut ini,” ucapnya.

Meski berawal hanya kecil, usahanya sekarang terus berkembang. Bahkan Turiz kini mampu manciptakan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar dari kalangan keluarga tidak mampu.

“Lima karyawan saya dari kalangan warga tidak mampu. Semua berasal dari desa ring satu Banyuurip, yaitu dari Desa Gayam, Ngraho, Brabowan, Kecamatan Gayam. Dua sudah lulus sekolah, dua masih menempuh pendidikan SMA, dan yang satunya lagi masih kuliah,” kata pria yang baru menikah beberapa bulan ini.

Dia mengaku, dalam sehari hingga malam jam 20:00 WIB dua tempat potong rambut di Gayam dan Mojodilik mampu melayani pelanggan potong rambut sebanyak 50 orang hingga 70 orang.‎ Dengan ongkos satu orangnya Rp6000.

“Untuk karyawan saya anak yatim piatu sekarang sudah buka potong rambut sendiri. Saya bangga dengan usaha yang tak tekuni sekarang ini, karena selain dapat penghasilan juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga yang kurang mampu,” ucapnya.

Warga desa ring satu Banyuurip ini berharap, EMCL terus meningkatkan programnya dibidang kewirausahaan bagi warga sekitar operasinya. Karena dibidang kewirausahaan inilah warga dapat meningkatkan ekonomi melalui usaha sesuai bidangnya masing-masing.

“Alhamdulillah banyak ilmu yang saya dapat dari pelatihan yang diberikan EMCL selama ini. Semoga kedepan bisa ditingkatkan dan di ikuti lagi para pegiat usaha dari kalangan pemuda sekitar,” imbuhnya.

Juru Bicara dan Humas EMCL, Rexy Mawardijaya, mengaku, bersyukur berbagai program dari EMCL baik infrastruktur maupun pemberdayaan masyarakat yang digulirkan selama ini dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar.

“Semoga apa yang dilakukan EMCL mulai pemberian pelatihan kewirausahaan dan lainnya dapat bermanfaat bagi warga sekitar operasinya,” katanya.

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Ali Masyhar, mengungkapkan, pemuda adalah salah satu faktor penting untuk perkembangan di Indonesia. Karena itu sinergi dengan pemuda dan energi untuk pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan oleh semua pihak.

Dengan tujuan untuk mengembangkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Khususnya warga desa di wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro.

Karena itu sumber daya alam energi migas Blok Cepu adalah berkah dari Allah SWT agar di kelola dengan sebaik-baiknya. Jika tidak maka akan menjadi petaka bagi manusia. Disisi lain keberadaan migas harus mampu memberikan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar, dan untuk membangum masyarakat yang berkelanjutan.

“Alhamdulillah program yang digulirkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) diantaranya EMCL dapat dirasakan masyarakat sekitar operasinya. Semoga dengan sumber energi migas di Bojonegoro ini menjadi keberkahan bagi kita semua,” kata Ali Masyhar saat berada di Kecamatan Gayam beberapa waktu lalu.

Terpisah Camat Gayam, Hartono, mengapresiasi apa yang dilakukan EMCL melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang digulirkan selama ini kepada desa di wilayahnya. Baik program infrastruktur maupun program pemberdayaan masyarakat.

Contonhnya pembangunan infrastruktur jalan paving, gedung sekolah, pelatihan baik dibidang pertanian maupun bidang kewirausahaan bagi warga sekitar dan lain sebagainya.

“Kedepan program yang sudah bagus ini dapat ditingkatkan kembali agar semakin baik lagi. Selain itu warga juga dapat menjaga dan memeliharanya dengan baik agar apa yang sudah ada tidak mudah rusak,” pungkasnya. (Samian Sasongko)

Published in Inside Mining